Judul : Camar Biru
Penulis : Nilam Suri
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 279 Halaman
ISBN : 978 979 780 603 3
Sinopsis
:
Aku membutuhkanmu.
Kau terasa tepat untukku. Pelukanmu serasi dengan hangat tubuhku. Dan setiap bagian dari diriku sudah terlalu terbiasa dengan kehadiranmu - dengan suaramu, dengan sentuhanmu, dengan aroma khas tubuhmu. Dengan debaran yang terdengar seperti ketukan bermelodi saat kau manatapku penuh perhatian seperti itu.
Aku membutuhkanmu.
Ya cinta, ya waktumu. Dan kau sudah melihat jujur dan juga munafikku. Bahkan disaat aku begitu yakin kau akan meninggalkanku, kau hanya menertawakan kecurigaanku dan merangkul bahuku. Sungguh heran setelah sekian tahun pun, kau masih bertahan di sini, bersamaku.
Aku membutuhkanmu-dan bisa jadi... aku mencintaimu. Tapi aku belum akan mengakui ini padamu. Aku belum siap meruntuhkan bentengku dan membiarkanmu memiliki hatiku...
***
Cerita berawal dari pertanyaan konyol seorang cewek, Nina, pada seorang cowok, sahabatnya, Adith. "Dith, kalau nggak ada cowok yang mau sama gue lagi gimana?"
Pertanyaan yang bagi Adith sangat konyol karena diucapkan oleh seorang Nina, yang bisa dikatakan sebagai cewek yang paling banyak ditaksir cowok-cowok disekitarnya.
Karena pertanyaan itulah, akhirnya terucap janji konyol bahwa jika dalam 10 tahun kedepan Nina belum menikah juga, maka Adith-lah yang akan menikahinya. Konyol? Yup, karena mereka sedang dalam keadaan setengah sadar setelah menenggak minuman beralkohol.
Tapi setelah 10 tahun terlewati, janji itu seperti menagih untuk dipenuhi. Tapi, apa mereka akan begitu saja memenuhi janji itu? Perjalanan pemenuhan janji itu yang ternyata tidak semulus janji itu terucapkan. Ketika mereka tidak hanya menhadapi masalah pasangannya tetapi juga bagaimana harus menghadapi diri mereka sendiri. Ada rahasia yang membuat semuanya tak lagi sama...
***
Cerita dalam buku ini sebenarnya bisa dibilang complicated, tapi penulis berhasil membawakannya seringan mungkin jadi enak untuk dibaca. Masalah keluarga, persahabatan, cinta... tentang masa depan... dan tentunya juga tentang masa lalu.
Yang baca buku ini pasti terpesona dengan sosok Adith, sahabat yang memilih tetap berada disisi Nina. Yup sebagai sahabat, walau mungkin sejak awal baca semua pasti tau kalau Adith menjaga Nina tak sekedar karena persahabatan mereka yang terbina sejak kecil. Ada cinta disana. :)
Agak gemes juga dengan ketidakpekaan Nina. Entah karena begitu banyak hal berat yang telah ia lewati, atau memang dasarnya kurang peka?? Hingga satu kalimat Sinar, kakak Adith yg juga sahabat Naren, kakak Nina, yang sepertinya baru bisa menyadarkannya. "Kadang kamu terlalu egois Nina." Perkataan Sinar pada Nina begitu menohok, tapi aku pastinya mengangguk setuju dengan apa yang dikatakannya. "Kamu terlalu sibuk dengan penderitaanmu sehingga kamu nggak menyadari bahwa dengan menutupinya kamu membuat orang-orang disekitar kamu ikut menderita bersamamu. Kamu membuat kami merasa nggak berdaya dan nggak berguna."
Kisah menarik, kalimat yang digunakanpun manis-manis (gulaaaaa kaleee :p) walau ada beberapa clue yang sepertinya terlalu awal dikeluarkan sehingga sedikit bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi. Serta perjalanan kisah Adith dan Nina yang chemistrynya enak banget... berawal dari persahabatan hingga mereka menyadari bahwa mereka saling cinta. Nggak ujug-ujug, dan maniiiiis dech pokoknya :)
Suka dengan analogi, asap juga dufan. Mau tau? Baca doooonk :p
Oiya, satu lagi kalimat yang aku paling aku suka : "Kadang, saat kita nggak mampu melepaskan orang yang terlalu kita cintai, berarti kitalah yang harus pergi. Mungkin membalikkan badan dan berlalu lebih mudah dibanding berdiri diam menatap punggung seseorang yang berjalan menjauh."
4/5 Bintang untuk kisah manis Nina dan Adith