Judul : Rumah Cokelat
Penulis : Sitta Karina
Penerbit : Buah Hati
Tebal : 223 Halaman
ISBN : 9786028663748
Sinopsis :
JADI IBU MUDA BEKERJA DI JAKARTA TIDAK MUDAH!Hannah Andhito adalah tipikal perempuan masa kini di kota besar; bekerja di perusahaan multinasional, mengikuti trenfashion dan gaya hidup terkini sambil berusaha menabung untuk keluarga kecilnya, sangat menyukai melukis dengan cat air (yang ternyata baru ia sadari ini adalah passion-nya!), memiliki suami yang tampan dan family-oriented, sahabat SMA yang masih in touch, serta si kecil Razsya yang usianya jalan 2 tahun.
Sempurna? Awalnya Hannah merasa begitu sampai Razsya bergumam bahwa ia menyayangi pengasuh yang sehari-hari selalu bersamanya. Perjalanan Hannah menemukan makna menjadi seorang ibu yang sesungguhnya dimulai sejak momen itu.
Kalau dari judulnya pasti nggak kebayang isinya tentang kegalauan seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja saat harus menghadapi seorang anak yang tengah dalam masa tumbuh kembangnya. :)
Walau aku juga seorang ibu rumah tangga, tetapi aku tidak bekerja. Membaca buku ini memberikan aku banyak sekali pelajaran dan juga menambah rasa syukurku ternyata keputusanku untuk menjadi ibu rumah tangga yang tidak bekerja, dan tetap saja aku mengacungin jempol untuk mereka para ibu yang baru memiliki anak dan tetap bisa bekerja. :)
Dari buku ini, jelas terlihat seorang ibu ketika memutuskan untuk bekerja tentunya tidak serta merta menelantarkan anaknya begitu saja. Disela waktu luangnya setelah bekerja ia tetap mencurahkan perhatiannya untuk seorang anak, tetap memantau bagaimana perkembangan anaknya walau banyak informasi yang ia dapatkan dari orang lain, orang yang mengasuh anaknya ketika ia bekerja.
Belum lagi ketika harus menghadapi kenyataan, bahwa ketika waktunya tidak begitu banyak dengan anaknya membuat anaknya lebih dekat dengan orang lain, ya... orang lain yang bahkan tidak memiliki hubungan saudara, seperti perawat atau pengasuh mereka. Merasa tersaingi itu pasti, dan dalam cerita ini mungkin saat seperti itulah membuat seorang ibu serasa dipaksa untuk memilih antara tetap bekerja untuk nantinya dapat memenuhi kebutuhan anaknya mendapatkan segala yang terbaik, atau meninggalkan pekerjaannya dan mengasuh anaknya sendiri, seluruh waktunya untuk anaknya.
Cerita itulah yang terjadi pada tokoh Hannah Andhito. Belum lagi ketika ia juga harus menghadapi tetangganya yang merasa lebih baik karena menjadi "hanya" ibu rumah tangga. Belum lagi memikirkan tentang hubungannya dengan suami, belum lagi memikirkan hubungannya dengan orang tuanya yang mungkin ingin menunjukkan kasih sayang pada cucunya tetapi ternyata "salah arah".
Rasanya woooooow banget ketika baca buku ini, nggak sedikit akhirnya menganggukkan kepala, setuju dengan jalan pemikiran Hannah, atau tersenyum kecut saat merasa apa yang dialami Hannah mirip atau juga pernah terjadi di kehidupan sehari-hari. Banyak hal dapat diambil setelah membaca buku ini, seperti juga mempelajari apa sih yang dipikirkan oleh mereka yang memilih tetap bekerja, atau mereka yang memilih untuk menjadi tinggal dirumah. :)
Masa sekolah memang ada jenjangnya, SD - SMP - SMA - Kuliah, tetapi untuk belajar itu sama sekali tak ada batasan waktu. Ketika menikah, kita belajar untuk menjadi seorang istri yang baik, dan ketika memiliki anak kita belajar untuk menjadi seorang ibu yang baik. Baik mungkin sebenarnya cukup apa yang dirasakan oleh pasangan dan anak kita, tetapi kadang baik yang kita anggap baik nggak cukup baik dimata orang lain, dan di saat seperti itu kita belajar untuk memahami orang lain juga. :)
5 / 5 Bintang Untuk Hannah dan Wirga untuk tekad dan komitmen mereka dalam membesarkan Razsya.
wowooo suka banget sama cara mbak inge menyajikan review ihh
ReplyDelete