Monday, May 12, 2014

Glam Girls



Judul : Glam Girls
Penulis : Nina Ardianti
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 339 Halaman
ISBN : 978 979 780 2837
Sinopsis :

GLAM GIRLS. YOU WILL LOVE US—WE PROMISE.

Jadi pintar itu gampang—belajar aja yang rajin. Jadi cantik lebih gampang lagi. Dengan semua servis ala Nip/Tuck yang ada sekarang, apa aja mungkin. Kekayaan? Well, hanya karena lahir di keluarga kaya raya sampai tujuh turunan, bukan berarti kamu lantas punya potensi sebagai pusat perhatian. You can buy Gucci, but you can’t buy style.

Kami nggak pernah pelit kok ngasih tahu rahasianya jadi terkenal. Kamu nggak boleh dijengkal, apalagi jadi orang yang gampang ditebak. Kalau ada yang bersikap buruk ke kamu, jangan takut. Kamu juga punya hak penuh buat balik nge-bitchy-in dia. Kamu juga harus berani tampil beda. Sesekali, nggak ada salahnya tampil kontroversial. Yang nggak masuk akal biasanya susah dilupakan.

Ribet? Emang! Siapa juga sih yang bilang jadi populer itu gampang?
***

Buku pertama untuk serial Glam Girls, Rashi and the Clique. Dengan sudut pandang orang pertama, Adriana, yang merasa terpaksa harus masuk (lagi) ke sebuah sekolah internasional. Masuk lagi? Yup, Adriana yang akan memasuki masa SMA-nya harus kembali bersekolah di salah satu sekolah bertaraf internasional setelah semenjak TK sampai dengan SMP ia bersekolah di sekolah dengan satu yayasan itu. Dia terpaksa masuk kembali ke sana karena itu kemauan dari orang tuanya, sedangkan sebenarnya dia ingin bersekolah di salah satu SMA negeri yang dipilih oleh sahabat-sahabatnya saat SMP.

Keinginannya menjadi tak ada artinya ketika sang ayah sudah memberikan perintah. Hal yang paling tak ia suka dari sekolah itu adalah murid-muridnya sepertinya bersekolah lebih untuk melakukan peragaan busana daripada menuntut ilmu.

Awalnya lucu saat melihat Adriana yang seperti tak sadar sudah masuk dalam Clique dari Rashi. Dimulai dengan "kesialan"-nya yang ternyata mengambil kelas yang sama dengan Rashi. "Kesialan" yang ternyata tidak berhenti sampai di situ, ia akhirnya harus sekelompok dengan Rashi dalam mengerjakan salah satu tugas. Bagaimana Adriana seperti merasa tidak punya pilihan lain untuk "mengikuti" Rashi. Kedekatannya dengan Rashi ternyata membawa perubahan pada dirinya, kemudian membuatnya mengecewakan keluarganya.

Namun, apa benar itu semua karena pengaruh Rashi?

***

Saat membaca buku ini, ada satu hal yang saya sadari sedikit berubah daripada pemikiran saya dulu. Jika dulu, saat saya masih bersekolah - bahkan sampai dengan kuliah- melihat orang yang mendapatkan beasiswa saya akan merasa kagum. Karena yang saya lihat saat itu adalah ia adalah anak yang pintar, tanpa pernah melihat tentang status sosialnya. Namun saat membaca buku ini, saya diajak melihat sisi lain dari sekolah.

Melalui buku ini juga seperti menyadarkan, bahwa terkadang kita berubah bukan hanya karena pengaruh lingkungan tetapi salah satunya juga karena kita sendiri mau.

Bagaimana Adriana yang awalnya tidak mengenal Rashi dan kawan-kawannya memberikan penilaian yang mungkin bisa dibilang negatif tetapi ketika akhirnya ia mau tak mau berinteraksi dengan Rashi, sebenarnya ia memiliki pilihan selalu mengikuti kata Rashi atau ia bisa juga menolak. Namun, karena (mungkin) tanpa disadarinya ia sendiri menikmati maka ia tak lagi ingin menolak.

Terkadang ketika kita tidak mengenal seseorang, penilaian negatif itu lebih mudah dijatuhkan. Walau sebenarnya tanpa pernah mengenal kita tak berhak memberikan penilaian. Jika ternyata akhirnya kita mengenal dan penilaian itu salah, maka seperti yang terjadi pada Adriana, ia akan terlihat seperti seorang yang munafik.

Ah, mungkin cerita dari buku ini sederhana saja, tentang kehidupan anak sekolahan. Tetapi didalamnya banyak hal yang secara tak langsung dapat dipelajari.

3,5 (3 di GR) / 5 bintang untuk perjuangan Adriana untuk dapat tetap menjadi dirinya sendiri. :)

No comments:

Post a Comment