Thursday, May 8, 2014

Pre Wedding Rush




Judul : Pre Wedding Rush
Penulis : Okke "Sepatumerah"
Penerbit : Stiletto Book
Tebal : 204 Halaman
ISBN : 978 602 7572 21 8
Sinopsis :

“Lo … nggak rela gue nikah dengan Dewo?” Aku memberanikan diri untuk menembaknya.
“Apa masih penting, Nin? Gue rasa enggak, udah nggak penting.” Lanang sama sekali tidak menatapku.
“Penting, Nyet. Penting buat gue.” Suaraku terdengar parau, “Lo nggak rela gue menikah?”
“Sudahlah, Nin. Lupakan. Gue ngaco aja tadi,” 
“Lanang. Please jawab. Lo nggak rela?” Suaraku melirih.
“Nggak!” Ia menatap manik mataku,”Puas lo?”

Life goes on. Tapi terkadang ada kenangan-kenangan indah yang membuat seseorang enggan melangkah menuju masa depan. Itulah yang terjadi dengan Menina. Hubungannya dengan Lanang, sang mantan pacar, begitu membekas di hatinya, bahkan sampai ia dilamar oleh pria lain yang lebih mencintainya.

Ketidakmampuannya melupakan masa lalu membuat Menina secara impulsif memutuskan melakukan perjalanan terakhir bersama Lanang ke Yogyakarta. Siapa yang bisa meramalkan apa yang akan terjadi? Saat Menina dan Lanang berada di Yogyakarta, terjadilah gempa bumi 5.9 SR yang memakan banyak 
korban. 

Menina menyaksikan begitu banyak hal yang membuatnya kembali berpikir tentang hubungannya bersama Lanang dan juga calon suaminya. Apakah yang terjadi pada mereka berdua?

***

Ketika sudah memasuki usia yang (kata orang) cukup untuk memasuki jenjang baru dalam hidup yang namanya pernikahan, mendapatkan lamaran dari seseorang yang memenuhi kriteria pada umumnya (baik, mapan, siap menikah *yo namae melamar berartikan menunjukkan siap nikah) semua orang yang melihat akan mengatakan "bodoh" kalau menolaknya. Tapi apa orang-orang tau apa yang ada di hati? *tsah*

Cinta memang tak mengenal logika, hahahaha... Mungkin itu yang di alami oleh Menina. ;)

Sebagian (besar) orang mengamini, bahwa kita yang sekarang adalah bentukan dari masa lalu. Saat putus cinta misal karena dikhianati, maka kita akan belajar tentang setia, belajar tentang sakitnya dikhianati. Belajar untuk move on, itu kalau berhasil. Bagaimana jika tidak?

Bagaimana jika masa lalu membuat kita akhirnya hanya “diam di tempat”. Walau orang lain mungkin “melihat” kita telah move on, tetapi yang benar-benar tau apakah kita telah move on atau tidak adalah diri kita sendiri.

Mungkin itu yang terjadi pada Menina, walau kini ia telah bersama dengan Dewo ternyata ia tak begitu saja lepas dari masa lalunya, Lanang.

Menina yang mendapatkan kejutan di hari ulang tahunnya teman-teman kantornya, atas ide kekasihnya Dewo, mendapat kejutan lain yang lebih khusus dari Dewo. Sebuah lamaran, dan walau awalnya ragu Menina akhirnya menerima.

Namun, keraguan diawal itu ternyata terus mengikuti Menina, hingga akhirnya ia mengabarkan pada Lanang tentang lamaran itu. Entah, mungkin Menina ingin mengetahui bagaimana reaksi Lanang, dan mungkin juga mengharapkan Lanang akan memperjuangkannya.

Hubungan antara Menina dan Lanang walau tidak bisa dikatakan complicated, tetapi cerita dibalik putusnya mereka menjadi alasan tersendiri mengapa hubungan itu terasa masih menggantung. Semua terjadi karena keegoisan kedua belah pihak. Yup, walau mungkin awalnya karena keputusan Lanang yang bisa dibilang mementingkan dirinya sendiri, namun di perjalanannya Menina seakan tak ada usaha untuk memperjuangkannya.

Dan semua kesemrawutan terjadi saat akhirnya Menina memutuskan melakukan petualangan terakhirnya bersama Lanang. Selingkuh? Entahlah, apa bisa dinamakan selingkuh. Menina yang tiba-tiba memutuskan menerima ajakan Lanang untuk menggunakan transportasi kereta, kemudian tiba-tiba mengubah tujuannya yang tadinya ke Surabaya ternyata ikut Lanang mampir dulu ke Jogja. Dan tentu saja semua itu tanpa sepengetahuan Dewo.

Rasanya semua berjalan cepat. Bagaimana akhirnya Menina yang memutuskan lebih lama di Jogja, kemudian rahasia lain dari Lanang, hingga akhirnya ada kejutan di akhir cerita yang benar-benar di luar bayangan saya. ;)

Yang saya suka dari novel ini adalah semua terasa nyata. Tokohnya terlihat bukanlah tokoh yang too good to be true. Lanang dengan “petualangan”nya, namun ada ceritadibalik semua jiwa petualangnya itu.Kemudian Dewo, walau awalnya terkesan begitu baik, yang mengerti Menina dan awalnya saya juga mengira ‘ah, ini laki naif banget sih… percaya aja gitu bininya ketiduran dan gak sengaja turun di Jogja’, ternyata perkiraan saya itu salah. Hehe.

Sempet bertanya-tanya, bagaimana jadinya kalau ternyata rahasia Lanang itu tak terungkap? Apakah Meninaakan memilih Lanang? *eh, jadi berimajinasi sendiri kaaaaan hehehe*

Oia, kalau ditanya saya pilih Lanang atau Dewo. *Padahal nggak ada yang nanya, hihi…* Jawaban saya, kalau untuk berpetualang Lananglah jawabannya, tetapi bukan berpetualang menghadapi masa depan. Kalau petualangan yang terakhir ya… Dewo aja deh. ;)

Endingnya bener-bener nggak tertebak, dan menurut saya manis.

3,5 (4 di GR)/5 Bintang untuk petualangan terakhir Menina. 

No comments:

Post a Comment