Thursday, May 10, 2018

Topi Hamdan

Pernah nggak merasakan menjalani hari atau bahkan satu masa dalam hidup yang terasa berat sekali. Banyak hal kadang masing-masing kita lakukan untuk dapat bertahan menjalani hari atau masa yang berat itu. Salah satunya mungkin nasihat, walau mungkin saat menjalani hari yang buruk, menerima nasihat mungkin bukan salah satu opsi sih ya. Karena bawaannya bakal makin bete. Hahaha.

Hal baru saya dapatkan tentang nasihat yang mungkin bisa diberikan tanpa membuat yang mendengarnya bete. Nasihat ini bisa juga ditanamkan sedari kecil, seperti apa yang diterima oleh tokoh utama dalam buku berikut.

Judul : Topi Hamdan
Penulis : Ainu Fa
Penerbit : Metamind [Imprint Tiga Serangkai]
Tebal : 345 Halaman
ISBN : 978 602 9251 40 1

Sinopsis
Inilah kisah tentang Hamdan, laki-laki sederhana yang berulang kali dihantam prahara. Kehidupannya kacau ketika sang ibu meninggal. Mulai putus sekolah, sampai dipaksa bekerja untuk menghidupi ayah serta adik tiri yang pendengki dan berkelakuan buruk. Menjelang dewasa, masalah tak kunjung pergi dari hidupnya. Sebuah fitnah besar akhirnya menggiring Hamdan ke balik terali besi.

Ia jatuh, terpuruk, nyaris tak kuat menahan perih hidup. Namun, suatu ketika ia teringat akan dongeng-dongeng ibunya. Dongeng yang diceritakan semasa ia kecil, ternyata menyimpan kebijaksanaan dan kekuatan dalam setiap kisahnya. Dongeng itu mampu membangkitkan lagi keteguhan hati Hamdan yang hampir tenggelam.


Di sini, akan Anda temukan bentuk cinta kasih ibu dan caranya memberi pelajaran hidup kepada sang anak melalui dongeng-dongeng yang menakjubkan. Genggam buku ini dan temukan hikmah yang tersembunyi dari setiap lembarannya.
***

Diawali kisah tentang seorang anak bernama Hamdan, yang harus kehilangan ayahnya dan kemudian harus tinggal bersama ibu dan ayah tirinya. Perlakuan ayah tiri dan saudara tirinya yang buruk kepadanya, tetap membuatnya bertahan, terlebih setelah ibunya pulang bekerja dan menenangkannya, Hingga akhirnya ia harus kehilangan ibu yang merupakan satu-satunya tempatnya berlindung dari perlakuan jahat ayah dan saudara tirinya.

Awalnya Hamdan akan meninggalkan ayah dan adiknya, namun ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Ayah dan adiknya sungguh tergantung padanya, walau perlakuan mereka juga tidak berubah, tetap buruk. Hingga suatu hari terkuak rencana ayah dan adik tirinya, yang kemudian membulatkan tekat Hamdan untuk tetap berada di rumah itu.

Hubungan Hamdan dengan ibunya mungkin paling intim adalah ketika ibunya mulai menasihatinya. Yup, ibu Hamdan memiliki cara unik untuk menasihati putranya, ia menasihati melalui dongeng. Banyak pesan tersirat dari dongeng yang ibu Hamdan ceritakan. Awalnya seperti layaknya cerita biasa, namun ternyata dongeng-dongeng itu mampu membuat Hamdan terus menjalani harinya yang bisa dikatakan penuh dengan nasib buruk.

Mungkin saat Hamdan kecil menerima cerita dongeng, ia tak sepenuhnya paham tentang maksud dari dongeng tersebut. Namun ketika beranjak besar dan melalui berbagai rintangan hidup yang sepertinya tak pernah surut, justru dongeng itu lah yang menyelamatkannya.
***

Awal membaca buku ini, saya tak berekspektasi banyak. Sedikit bingung dengan covernya kok seperti cerita dongeng, dan memang ada hubungannya dengan dongeng. Awal kisah Hamdan rasanya disuguhi satu alur cerita yang sedikit lambat, dan belum tau akan seperti apa cerita tentang Hamdan. Tapi, ceritanya tak membuat merasa bosan.

Kemudian makin ketengah, cerita Hamdan ini sungguh menarik. Sempat muncul pertanyaan, apa ada orang semenderita itu walau pastinya ada walau tak sama persis, mungkin memang ada hanya tidak berada didekat saya. Melalui cerita Hamdan, kita melihat sisi lain yang mungkin nggak pernah kita lihat secara langsung. Melihat perjuangan Hamdan juga pastinya memberikan pelajaran tersendiri.

Ada juga tentang Melisa, seseorang yang akhirnya menjadi dekat dengan Hamdan. Jika cerita tentang Hamdan bisa dibilang jarang langsung bersentuhan dengan banyak orang, berbeda dengan cerita tentang Melisa. Lucunya, hal yang sama berlaku di Melisa bahwa dongeng mampu juga menyadarkannya, atau memberinya nasihat secara tak langsung.

Ah, dengan membaca Topi Hamdan ini sayanya jadi pengen makin sering bacain dongeng untuk anak-anak. Hahaha.

4/5 ⭐️⭐️⭐️⭐️

2 comments:

  1. Apakah dongeng yang dimaksud dibikin sebagai plot mundur?

    Saya malah penasaran dengan dongeng-dongengnya.

    ReplyDelete