Ketika baru membaca buku dengan cover kuning ini awalnya sedikit kecewa, karena ternyata bercerita tentang anak-anak SMA (bisa dikategorikan TeenLit) karena aku memang jarang membaca buku TeenLit, lebih suka yang metropop :)
Tapi karena sudah mulai membaca, nggak ada salahnya untuk diteruskan, toh nggak rugi juga :) baca buku ini lumayan cepet cuman dalam waktu beberapa jam, karena penuturan dan kisahnya termasuk ringan, sangat!
Bercerita tentang persahabatan 4 anak sekolah, ada yang di mulai sejak kecil ada yang baru menjadi sahabat sejak SMP. Rumah yang satu kompleks begitu juga dengan letak SMA yang akhirnya walau berpisah sekolah tetap ada di jalur yang sama membuat mereka sering bertemu dan berkumpul dan lebih mengenal satu sama lain.
Dalam persahabatan di buku ini banyak hal yang juga bisa di pelajari dari masing-masing individu yang ada, dan bagaimana individu itu dalam sebuah kelompok / persahabatan.
Menarik, karena tentu saja setiap individunya masing-masing memiliki keunikan tersendiri dan memiliki masalah sendiri-sendiri tapi bagaimana persahabatan itu mampu mempersatukan mereka dan membuat mereka lebih mengenal diri mereka masing-masing.
Kadang kita merasa yang mengenal diri kita adalah diri kita sendiri, tapi kadang kita lupa bahwa sering kali kita juga lengah akan apa yang kita miliki dan membutuhkan orang lain untuk mengingatkan diri kita :)
Di buku ini, juga bercerita tentang tentang apa yang menjadi mimpi kita sebenarnya. Apakah benar apa yang kita kejar selama ini adalah mimpi kita, atau sebenarnya kita hanya ingin menjelma menjadi sesuatu yang orang lain inginkan, dan menenggelamkan diri kita yang sebenarnya.
Yup, walau awalnya sedikit kecewa tetapi banyak hal yang dipelajari dari buku ini :)
satu kutipan yang aku suka dari buku ini :
Kadang tanpa sadar kita menjadi seperti bunga matahari.
Bunga yang selalu menghadap matahari, mengikuti kemanapun matahari pergi. Berusaha menjadi seperti matahari dan tertekan karena tidak akan pernah bisa, sekuat apapun dia berusaha. Dan karena perhatiannya selalu tertuju pada apa yang dilihatnya, dia tidak bisa melihat ke dalam dirinya sendiri. Bunga matahari tidak sadar kelebihannya sendiri. Dia tidak sadar dia lebih tinggi dari rata-rata bunga pada umumnya, tidak tahu bahwa ia cantik. Tidak tahu bahwa banyak orang yang lebih senang melihatnya daripada melihat matahari itu sendiri.
Dan jika kita seperti bunga matahari, maka dibutuhkan orang lain untuk menyadarkan diri kita :)
Judul: Morning Light (Karena setiap cinta menuliskan cerita)
Penulis: Windhy Puspitadewi
Penerbit: Gagas Media
Tebal: 175 halaman
ISBN: 9789797804336
kutipannya bagus, ane copas ke memo yah :D
ReplyDeleteamazing review...hmmm..bunga matahari...?
ReplyDeleteAku juga gak suka teenlit.
ReplyDeleteBTW, persahabatan memang seringkali membantu seseorang dalam menghadapi masalah2 dalam hidupnya atau bahkan membantu memecahkan masalah2 itu. Aku sudah sering menemui hal2 yg spt itu kok.
Aku suka dg pengungkapan bunga matahari. Jika seseorang selalu saja melihat ke satu titik, maka dia memang cenderung melupakan hal-2 yg lain.
ReplyDeleteBukunya tante banyak juga rupanya... :D
ReplyDeleteCover bukunya menarik sekali, Tante.
ReplyDeleteapa kabar mbk
ReplyDeleteteenlit toh ternyata..aku pikir sejenis metropop..untuk dah liat reviewnya disini.. :)
ReplyDelete