Judul : Ibuk,
Penulis : Iwan Setyawan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 289 Halaman
ISBN : 9789792285680
Sinopsis :
“Seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat. Buatlah pijakanmu kuat.”
-Ibuk-
-Ibuk-
Masih belia usia Tinah saat itu. Suatu pagi di Pasar Batu telah mengubah hidupnya. Sim, seorang kenek angkot, seorang playboy pasar yang rambutnya selalu klimis dan bersandal jepit hadir dalam hidup Tinah lewat sebuah tatapan mata. Keduanya menikah, merekapun menjadi Ibuk dan Bapak.
Lima anak terlahir sebagai buah cinta. Hidup yang semakin meriah juga semakin penuh perjuangan. Angkita yang sering rusak, rumah mungkil yang bocor dikala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar dan penak pernik permasalahan kehidupan dihadapi Ibuk dengan tabah. Air matanya membuat garis-garis hidup semakin indah.
Ibuk, novel karya penulis national best seller Iwan Setyawan, berkisah tentang sebuah pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok perempuan bening dan hijau seperti pepohonan yang menutupi kegersangan yang memberi napas bagi kehidupan.
***
Berawal dengan kisah seorang gadis belia bernama Tinah. Gadis yang harus mengubur mimpinya untuk dapat melanjutkan pendidikan karena kekurangan biaya. Walaupun ia bersedih tetapi ia tetap menjalani harinya dengan membantu neneknya di Pasar Batu. Disana ia mengenal seorang pemuda bernama Sim yang terkenal sebagai playboy pasar.
Hal yang tak disangka oleh Tinah yang hanya merasa bahwa Sim hanya menggodanya melalui kedipan mata, suatu malam mendatangi rumah Tinah. Kedatangan Sim yang tidak pernah disangka oleh Tinah akhirnya seperti menjadi sebuah kebiasaan. Hingga akhirnya Sim melamar Tinah.
Tetapi perjalanan mereka tidak mulus begitu saja. Sim yang awalnya hanya seorang kenek angkot masih dianggap kurang mapan oleh keluarga Tinah, hingga keluarga Tinah memberikan pilihan lelaki lain untuk Tinah. Bukan menjodohkan hanya memberikan pilihan pada Tinah. Lelaki yang lebih mapan daripada Sim. Tetapi ternyata Tinah sudah menjatuhkan pilihannya kepada Sim. Dan akhirnya Sim melamar Tinah dan merekapun mengarungi kehidupan rumah tangga mereka.
Keluarga yang dibangun oleh Tinah dan Sim diwarnai dengan hadirnya lima orang anak, Isa, Nani, Bayek, Mira dan Rini. Dari sinilah perjalanan Ibuk, dimulai.
Tinah dan Sim, Ibuk dan Bapak, bersama lima orang anak mereka mengarungi bahterah rumah tangga yang tentu saja tak mudah dan mulus, tetapi komitmen yang mereka pegang membuat semuanya bisa dilalui dan berakhir dengan senyuman.
=-=-=-=-=-=
Dari judul buku ini semua pasti sudah mengira bahwa penulis bercerita tentang sosok seorang Ibu, mungkin sebuah keluarga yang dibangun oleh seorang Ibu yang memiliki keyakinan dan kemauan yang kuat. Seorang Ibu yang bertekad bahwa anak-anaknya kelak tak boleh sampai kehilangan kesempatan untuk meraih pendidikan seperti dirinya. Segala usaha dan cara ia lakukan.
Kesabaran, kasih sayang, dan juga keteguhan hati seorang Ibu dalam membesarkan anak-anaknya begitu tergambar dengan sangat apik dan menginspirasi melalui buku ini.
Tetapi selain sosok seorang Ibu, Bapak juga merupakan sosok yang tak bisa dilupakan begitu saja. Walau mungkin cerita tentang Bapak tidak diceritakan secara mendetail dalam buku ini, tetapi usaha Bapak dalam memenuhi kebutuhan keluarganya juga patut diperhitungkan.
Bagaimana seorang Bapak yang berusaha selalu memperbaiki taraf hidup keluarganya, mulai dari kenek angkot dan akhirnya menjadi sopir angkot dan memiliki angkotnya sendiri. Bagaimana Bapak bekerja sedari pagi hingga petang agar anak-anaknya tidak sampai kekurangan suatu apa.
Selain itu ada satu sosok lagi yang aku suka dari buku ini, walau mungkin dari ke lima anak ibu yang paling berhasil adalah Bayek dan ia juga yang membantu keuangan Ibuk dan Bapak juga saudara-saudara perempuannya tetapi satu sosok lain yang aku suka. Isa, ya… anak pertama dari Ibuk dan Bapak.
Isa digambarkan begitu dewasa walau mungkin kedewasaannya melebihi usianya yang seharusnya. Dimana sedari kecil ia sudah bisa mengalah demi adik-adiknya yang lain.
Buku ini memberikan begitu banyak inspirasi. Bagaimana ketika sebuah tekad begitu diupayakan dengan komitmen yang tinggi dan usaha yang tidak mengenal kata menyerah maka hasilnya tak akan sia-sia. Bahwa dalam hidup mungkin ada sesuatu yang harus kita korbankan tetapi dari pengorbanan itu akan memberikan hasil yang lebih pada akhirnya nanti. :)
4 / 5 Bintang untuk perjuangan Ibuk dan Bapak. ^^
Lima anak terlahir sebagai buah cinta. Hidup yang semakin meriah juga semakin penuh perjuangan. Angkita yang sering rusak, rumah mungkil yang bocor dikala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar dan penak pernik permasalahan kehidupan dihadapi Ibuk dengan tabah. Air matanya membuat garis-garis hidup semakin indah.
Ibuk, novel karya penulis national best seller Iwan Setyawan, berkisah tentang sebuah pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok perempuan bening dan hijau seperti pepohonan yang menutupi kegersangan yang memberi napas bagi kehidupan.
***
Berawal dengan kisah seorang gadis belia bernama Tinah. Gadis yang harus mengubur mimpinya untuk dapat melanjutkan pendidikan karena kekurangan biaya. Walaupun ia bersedih tetapi ia tetap menjalani harinya dengan membantu neneknya di Pasar Batu. Disana ia mengenal seorang pemuda bernama Sim yang terkenal sebagai playboy pasar.
Hal yang tak disangka oleh Tinah yang hanya merasa bahwa Sim hanya menggodanya melalui kedipan mata, suatu malam mendatangi rumah Tinah. Kedatangan Sim yang tidak pernah disangka oleh Tinah akhirnya seperti menjadi sebuah kebiasaan. Hingga akhirnya Sim melamar Tinah.
Tetapi perjalanan mereka tidak mulus begitu saja. Sim yang awalnya hanya seorang kenek angkot masih dianggap kurang mapan oleh keluarga Tinah, hingga keluarga Tinah memberikan pilihan lelaki lain untuk Tinah. Bukan menjodohkan hanya memberikan pilihan pada Tinah. Lelaki yang lebih mapan daripada Sim. Tetapi ternyata Tinah sudah menjatuhkan pilihannya kepada Sim. Dan akhirnya Sim melamar Tinah dan merekapun mengarungi kehidupan rumah tangga mereka.
Keluarga yang dibangun oleh Tinah dan Sim diwarnai dengan hadirnya lima orang anak, Isa, Nani, Bayek, Mira dan Rini. Dari sinilah perjalanan Ibuk, dimulai.
Tinah dan Sim, Ibuk dan Bapak, bersama lima orang anak mereka mengarungi bahterah rumah tangga yang tentu saja tak mudah dan mulus, tetapi komitmen yang mereka pegang membuat semuanya bisa dilalui dan berakhir dengan senyuman.
=-=-=-=-=-=
Dari judul buku ini semua pasti sudah mengira bahwa penulis bercerita tentang sosok seorang Ibu, mungkin sebuah keluarga yang dibangun oleh seorang Ibu yang memiliki keyakinan dan kemauan yang kuat. Seorang Ibu yang bertekad bahwa anak-anaknya kelak tak boleh sampai kehilangan kesempatan untuk meraih pendidikan seperti dirinya. Segala usaha dan cara ia lakukan.
Kesabaran, kasih sayang, dan juga keteguhan hati seorang Ibu dalam membesarkan anak-anaknya begitu tergambar dengan sangat apik dan menginspirasi melalui buku ini.
Tetapi selain sosok seorang Ibu, Bapak juga merupakan sosok yang tak bisa dilupakan begitu saja. Walau mungkin cerita tentang Bapak tidak diceritakan secara mendetail dalam buku ini, tetapi usaha Bapak dalam memenuhi kebutuhan keluarganya juga patut diperhitungkan.
Bagaimana seorang Bapak yang berusaha selalu memperbaiki taraf hidup keluarganya, mulai dari kenek angkot dan akhirnya menjadi sopir angkot dan memiliki angkotnya sendiri. Bagaimana Bapak bekerja sedari pagi hingga petang agar anak-anaknya tidak sampai kekurangan suatu apa.
Selain itu ada satu sosok lagi yang aku suka dari buku ini, walau mungkin dari ke lima anak ibu yang paling berhasil adalah Bayek dan ia juga yang membantu keuangan Ibuk dan Bapak juga saudara-saudara perempuannya tetapi satu sosok lain yang aku suka. Isa, ya… anak pertama dari Ibuk dan Bapak.
Isa digambarkan begitu dewasa walau mungkin kedewasaannya melebihi usianya yang seharusnya. Dimana sedari kecil ia sudah bisa mengalah demi adik-adiknya yang lain.
Buku ini memberikan begitu banyak inspirasi. Bagaimana ketika sebuah tekad begitu diupayakan dengan komitmen yang tinggi dan usaha yang tidak mengenal kata menyerah maka hasilnya tak akan sia-sia. Bahwa dalam hidup mungkin ada sesuatu yang harus kita korbankan tetapi dari pengorbanan itu akan memberikan hasil yang lebih pada akhirnya nanti. :)
4 / 5 Bintang untuk perjuangan Ibuk dan Bapak. ^^
Dewasa itu pilihan ya buat Isa. Atau karena memang tidak ada pilihan, jadi karena keadaan..
ReplyDelete