Saya, sering kali ingin bercerita
tentang apa yang terjadi dalam hidup saya dan menjadikannya sebuah fiksi. Buat
saya membuat fiksi dengan latar kejadian nyata lebih mudah, mungkin karena
imajinasi saya kurang liar. :D
Membaca buku ini, juga layaknya membaca
sebuah kisah nyata atau buku harian(?). Entah benar atau tidak. Tapi ada rasa
yang entah rasanya begitu nyata, mungkin karena ada bagian-bagian yang erm…
mirip dengan apa yang saya alami.
Dan kadang membaca buku dalam
bentuk surat seperti ini jadi membayangkan, bagaimana jika saya menjadi Ruth.
Juga tak jarang akhirnya ingin menuliskan cerita dan disetting seperti surat
macam buku ini. :D
Judul : Surat Untuk
Ruth
Penulis : Bernard
Batubara
Penerbit : Gramedia
Tebal : 165 Halaman
ISBN : 978 602 03 0413
7
Surat yang dituliskan Are untuk
Ruth, tentang kenangan mulai dari awal mereka bertemu hingga akhirnya Are harus
melepaskan Ruth.
~Sebelum menulis surat ini, Ruth, aku berjalan-jalan dari satu tempat ke
tempat lain di Bali. Tempat-tempat kita pernah menghabiskan waktu berdua.
Mungkin aku melakukan semacam napak tilas, meski tak ada yang kutemukan di setiap tempat tersebut kecuali luka.
Menariknya buku ini adalah sosok
misterius Ruth, yang sangat disadari oleh Are. Semakin Are bercerita tentang
Ruth saya seakan dibuat makin penasaran dengan sosok Ruth yang sesungguhnya.
Semakin ingin tahu, apa yang sebenarnya dirasakan oleh Ruth. Karena buku ini
dari judulnya sudah sangat jelas, pasti menggunakan sudut pandang orang
pertama, Are.
Buku ini bisa dibilang buku yang
sangat sendu, mungkin karena ini berupa kenangan? Terlebih ditulis saat
akhirnya berpisah. Tetapi diksi-diksi yang digunakan terkadang membuat
bertanya, ini beneran yang nulis cowok? Hahahaha… bukan bermaksud bahwa cowok
nggak mungkin nulis beginian, tapi ini kan dari sudut pandang seorang cowok.
Entah kenapa jadi berasa lebay dan kurang dapet aja feelnya.
Dan alurnya ini terasa begitu
lambat, entah karena begitu ingin mengenang tetapi saya terkadang mengalami
kejenuhan dalam membaca buku ini. Tidak adanya sesuatu yang membuat saya
penasaran dengan apa yang akan terjadi berikutnya, yang membuat penasaran hanya
sesosok Ruth, itu saja.
Yang terakhir tentang endingnya,
entah kenapa aku merasa semuanya seperti dipaksakan. Dan aku nggak terlalu suka
dengan endingnya. :(
Untuk kalimat-kalimat indah nan
#makjleb memang banyak dibuku ini.
Dan seperti banyak
keajaiban, ia tak terjadi mana kala kita sangat mengharapkannya.
… disaat lelah dan tida
lagi hendak meneruskan pencarian, terkadang kita justru diberi kejutan : sebuah
penemuan yang lebih menyenangkan.
Kita tidak ditakdirkan
bersama, walau mungkin bisa saling cinta.
Sinopsis :
Ubud, 6 Oktober 2012
Ruth,
Satu hal yang ingin kutanyakanpadamu
sejak lama, bagaimana mungkin kita saling jatuh cinta, namun ditakdirkan untuk
tidak bersama?
Aku dan kamu tidak bisa memaksa
agar kebahagiaan berlangsung selama yang kita inginkan. Jika waktunya telah
usai dan perpisahan ini harus terjadi, apa yang bisa kita lakukan?
Masihkah ada waktu untuk kita
berdua, Ruth?
Jika memang kamu harus pergi,
berilah aku waktu sedikit lebih panjang untuk menikmati saat-saat terakhir
bersamamu. Meski tidak lama, hanya sebentar, seperti senja yang senantiasa kamu
lukis, atau seperti ciuman pertama kita yang ragu-ragu. Berilah aku waktu
sedikit lebih panjang untuk memelukmu, karena aku belum mengungkapkan
seluruhnya yang ingin kuatakan kepadamu.
Ironis, Ruth. Kamu berkata, “Aku
sayang kamu” tepat pada saat amu harus meninggalkanku.
Areno
2,5 (3 di GR) / 5 Bintang.
No comments:
Post a Comment