Monday, August 18, 2014

Surat untuk Ruth

Saya, sering kali ingin bercerita tentang apa yang terjadi dalam hidup saya dan menjadikannya sebuah fiksi. Buat saya membuat fiksi dengan latar kejadian nyata lebih mudah, mungkin karena imajinasi saya kurang liar. :D

Membaca buku ini, juga layaknya membaca sebuah kisah nyata atau buku harian(?). Entah benar atau tidak. Tapi ada rasa yang entah rasanya begitu nyata, mungkin karena ada bagian-bagian yang erm… mirip dengan apa yang saya alami.

Dan kadang membaca buku dalam bentuk surat seperti ini jadi membayangkan, bagaimana jika saya menjadi Ruth. Juga tak jarang akhirnya ingin menuliskan cerita dan disetting seperti surat macam buku ini. :D


Judul : Surat Untuk Ruth
Penulis : Bernard Batubara
Penerbit : Gramedia
Tebal : 165 Halaman
ISBN : 978 602 03 0413 7

Surat yang dituliskan Are untuk Ruth, tentang kenangan mulai dari awal mereka bertemu hingga akhirnya Are harus melepaskan Ruth.

~Sebelum menulis surat ini, Ruth, aku berjalan-jalan dari satu tempat ke tempat lain di Bali. Tempat-tempat kita pernah menghabiskan waktu berdua. Mungkin aku melakukan semacam napak tilas, meski tak ada yang kutemukan di setiap tempat tersebut kecuali luka.

Menariknya buku ini adalah sosok misterius Ruth, yang sangat disadari oleh Are. Semakin Are bercerita tentang Ruth saya seakan dibuat makin penasaran dengan sosok Ruth yang sesungguhnya. Semakin ingin tahu, apa yang sebenarnya dirasakan oleh Ruth. Karena buku ini dari judulnya sudah sangat jelas, pasti menggunakan sudut pandang orang pertama, Are.

Buku ini bisa dibilang buku yang sangat sendu, mungkin karena ini berupa kenangan? Terlebih ditulis saat akhirnya berpisah. Tetapi diksi-diksi yang digunakan terkadang membuat bertanya, ini beneran yang nulis cowok? Hahahaha… bukan bermaksud bahwa cowok nggak mungkin nulis beginian, tapi ini kan dari sudut pandang seorang cowok. Entah kenapa jadi berasa lebay dan kurang dapet aja feelnya.

Dan alurnya ini terasa begitu lambat, entah karena begitu ingin mengenang tetapi saya terkadang mengalami kejenuhan dalam membaca buku ini. Tidak adanya sesuatu yang membuat saya penasaran dengan apa yang akan terjadi berikutnya, yang membuat penasaran hanya sesosok Ruth, itu saja.

Yang terakhir tentang endingnya, entah kenapa aku merasa semuanya seperti dipaksakan. Dan aku nggak terlalu suka dengan endingnya. :(

Untuk kalimat-kalimat indah nan #makjleb memang banyak dibuku ini.

Dan seperti banyak keajaiban, ia tak terjadi mana kala kita sangat mengharapkannya.

… disaat lelah dan tida lagi hendak meneruskan pencarian, terkadang kita justru diberi kejutan : sebuah penemuan yang lebih menyenangkan.

Kita tidak ditakdirkan bersama, walau mungkin bisa saling cinta.

Sinopsis :
Ubud, 6 Oktober 2012

Ruth,
Satu hal yang ingin kutanyakanpadamu sejak lama, bagaimana mungkin kita saling jatuh cinta, namun ditakdirkan untuk tidak bersama?

Aku dan kamu tidak bisa memaksa agar kebahagiaan berlangsung selama yang kita inginkan. Jika waktunya telah usai dan perpisahan ini harus terjadi, apa yang bisa kita lakukan?

Masihkah ada waktu untuk kita berdua, Ruth?

Jika memang kamu harus pergi, berilah aku waktu sedikit lebih panjang untuk menikmati saat-saat terakhir bersamamu. Meski tidak lama, hanya sebentar, seperti senja yang senantiasa kamu lukis, atau seperti ciuman pertama kita yang ragu-ragu. Berilah aku waktu sedikit lebih panjang untuk memelukmu, karena aku belum mengungkapkan seluruhnya yang ingin kuatakan kepadamu.

Ironis, Ruth. Kamu berkata, “Aku sayang kamu” tepat pada saat amu harus meninggalkanku.

Areno


2,5 (3 di GR) / 5 Bintang.

No comments:

Post a Comment