Traumatis, hal yang mungkin bisa terjadi bagi sebagian orang namun juga tak jarang yang tak dapat memahaminya, terutama jika tak mengetahui bagaimana seseorang menjadi trauma. Seperti orang yang takut saat melihat kucing, bagi kebanyakan orang mungkin aneh karena semua tahu bahwa kucing bukanlah hewan yang berbahaya. Tapi pasti ada alasan dibalik takutnya atau trauma seseorang.
Hal ini yang ingin diangkat oleh Angelique Puspadewi, dan yang menarik adalah ia menghadirkan sesuatu yang bisa dikatakan cukup sensitif.
Judul : Rainbow After the Rain
Penulis : Angelique Puspitadewi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 216 Halaman
Sinopsis
Arabel adalah keluarga korban terorisme yang mendendam. Suatu hari, gadis yang berprofesi menjadi penulis ini ditantang editornya menulis kisah bertema terorisme.
Semua berawal dari kedatangan sepupu Arabel, Reno dan Sarah, untuk bulan madu di Rusia. Reno membawa sahabatnya, Dimitri, yang perlahan tapi pasti membuat Arabel sadar bahwa teror adalah sifat manusia yang tidak terkait agama manapun.
Seiring waktu, Arabel jatuh cinta pada Dimitri. Pria itu dan riset penulisan menjadi alasannya datang ke Bali. Padahal sejak kejadian Paddy's, Arabel bersumpah tidak akan menginjakkankaki ke Pulau Dewata. Di tempat itu pula semua kesakitan kembali datang. Dimitri membongkar rahasia besar yang menjungkir-balikkan dunia Arabel.
Akankah Arabel menerima Dimitri dan masa lalunya seperti pelangi yang datang setelah hujan?
***
Arabel dan pergulatan batinnya, yang membuatnya benci akan apa yang selama ini diyakininya. Hal menarik yang dihadirkan penulis. Dengan menghadirkan apa yang terjadi pada Arabel, mengingatkan bahwa hal tersebut sangat mungkin terjadi, pada siapapun. Bukan tentang tingkat keimanan yang mungkin hanya Allah yang tahu, karena tanpa sadar tak sedikit judge seperti itu terlontar.
Saya sempat menuliskan tentang kehilangan, dan ya, itu bisa terjadi pada siapa saja. Walau mungkin dengan efek samping yang berbeda-beda.
Begitupun yang terjadi pada Arabel, dan ibunya. Hal yang menarik adalah bagaimana sikap ibunya, yang tak pernah lelah, walau dalam cerita mungkin lebih terlihat mendoakan Arabel tetapi tindakan-tindakan kecil ibunya juga tak luput dari usahanya.
Apa yang terjadi pada Arabel, percakapannya dengan Reno juga Istrinya, bahkan juga dengan Dimitri bisa menjadi bahan pemikiran dan juga pelajaran baru. Pemikiran-pemikiran terbuka, walau mengusung agama tertentu tapi tetap menarik. Hanya mungkin terkadang terkesan sedikit menggurui, kurang halus lagi. Karena terkadang ketika seorang hatinya sudah diliputi dengan kebencian, wejangan yang terlalu menggurui lebih sulit diterima, walau kebencian itu akibat sebuah trauma.
Sebenarnya, apa yang ingin diungkap Dimitri sedikit bisa ditebak. Mengejutkan, dan kembali menarik dari reaksi-reaksi yang kemudian ditimbulkan.
Mungkin banyak yang suka pada sosok Dimitri, namun entah, bagi saya sosok ini menjadi sedikit too good to be true, hahaha. Mungkin ini hanya perasaan saya saja ya.
Ah ya, setting lokasi yang menarik juga buat saya, Rusia. Saya sedikit berharap ada sedikit detail dari apa yang diberikan penulis tentang lokasinya, terlebih ada 'acara' jalan-jalan yang para tokoh lakukan. Namun entah mengapa saya kurang merasa bisa ikut berada di sana.
3 ⭐️⭐️⭐️
No comments:
Post a Comment