Monday, July 8, 2013

Rantau 1 Muara


Judul : Rantau 1 Muara
Penulis : A. Fuadi
Penerbit : Gramedia
Tebal :401 Halaman
ISBN : 978 979 22 9473 6


Sinopsis :

Alif merasa berdiri di pucuk dunia. Bagaimana tidak? Dia telah mengelilingi separuh dunia, tulisannya tersebar di banyak media, dan diwisuda dengan nilai terbaik. Dia yakin perusahaan-perusahaan akan berlomba-lomba merekrutnya.

Namun Alif lulus di saat yang salah. Akhir 90-an, krisis ekonomi mencekik Indonesia dan negara bergolak di masa reformasi. Satu per satu, surat penolakan kerja sampai di pintunya. Kepercayaan dirinya goyah, bagaimana dia bisa menggapai impiannya?

Secercah harapan muncul ketika Alif diterima menjadi wartawan di sebuah majalah terkenal. Di sana, hatinya tertambat pada seorang gadis yang dulu pernah dia curigai. Ke mana arah hubungan mereka? Dari Jakarta, terbuka cakrawala baru. Alif meraih beasiswa ke Washington DC, mendapatkan pekerjaan yang baik dan memiliki teman-teman baru di Amerika. Hidupnya berkecukupan dan tujuan ingin membantu adik-adik dan Amak pun tercapai.

Life is perfect, sampai terjadi peristiwa 11 September 2001 di World Trade Center, New York, yang menggoyahkan jiwanya. Kenapa orang dekatnya harus hilang? Alif dipaksa memikirkan ulang misi hidupnya. Dari mana dia bermula dan ke mana dia akhirnya akan bermuara?

Mantra ketiga “man saara ala darbi washala” (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan) menuntun perjalanan pencarian misi hidup Alif. Hidup hakikatnya adalah perantauan.

Rantau 1 Muara bercerita tentang konsistensi untuk terus berkayuh menuju tujuan, tentang pencarian belahan jiwa, dan menemukan tempat bermuara. Muara segala muara.


***

Jika dua novel sebelumnya bercerita tentang bagaimana Alif, tokoh utama trilogi ini, memperjuangkan pendidikannya, maka untuk buku ketiga ini Alif kembali berjuang dan kali ini untuk penghidupan (pekerjaan) juga jodohnya. Sepulang Alif dari menyelesaikan beasiswanya di Quebec, Kanada semua mungkin masih dirasa mudah oleh Alif. Belum lagi ternyata tulisannya yang ia kirim selama belajar di Kanada telah banyak dimuat, itu artinya ia tak perlu pusing masal uang. Untuk sementara.

Keberhasilan Alif meraih beasiswa ke Kanada, kemudian ke Singapura dan juga banyak dimuatnya tulisan Alif di media membuatnya sedikit lupa diri dan mulai menganggap enteng masalah pencarian kerja. Dia yang merasa masih bisa bersantai harus "tertampar" ketika koran tempat selama ini ia menulis untuk kolom yang khusus untuknya tidak dapat lagi memuat tulisannya. Dari "tamparan" itulah Alif mulai kembali bangkit walau tertatih, belum lagi ditambah "kompor" dari temannya Randai yang sekaligus menjadi saingannya.

Dimulai dengan mulai mengirimkan surat lamaran pekerjaan, kemudian menerima juga surat balasan yang ternyata isinya adalah penolakan hingga sampai juga akhirnya ia merima surat yang membawa angin segar bahwa ia diterima bekerja. Di Jakarta. Ketika ia bersiap untuk pindah dari Bandung ke Jakarta, ada satu surat yang datang membuatnya kembali limbung. Surat yang mengabarkan bahwa penerimaannya oleh perusahaan dibatalkan.

Tetapi Alif walau limbung ia tak kenal putus asa, dan akhirnya perjuangannya berakhir dengan diterimanya dia sebagai wartawan untuk surat kabar yang sempat berhenti beroperasi dan mulai kembali usaha mereka untuk mewartakan kebenaran.

Apa masalah Alif selesai sampai disitu? Tentu saja tidak, karena selama bekerjapun banyak lika liku yang dihadapi Alif. Saat bekerja inilah cinta Alif bersemi, walau layaknya anak remaja yang baru pertama jatuh cinta, Alif tak memiliki cukup keberanian untuk menyatakan cintanya. :)

Kebimbangan Alif akan pekerjaan kembali terjadi saat akhirnya ia diterima untuk mendapatkan beasiswa penuh ke Amerika.Antara pekerjaan dan pendidikan, tentu tidak mudah, dan akhirnya ia mendapatkan jalan tengah untuk masalahnya tersebut. Dan dimulailah petualangan Alif selama di Amerika.

***

Dari awal membaca buku Negeri 5 Menara sudah suka dengan gaya penulisan A. Fuadi, mengalir dan enak banget dibaca. Jika dari buku Negeri 5 Menara akhirnya dapat mengenal bagaimana kehidupan selama di pesantren, dan dari buku Ranah 3 Warna diajak untuk mengenal negara Kanada, kini melalui Rantau 1 Muara diajak untuk mengenal bagaimana hidup sebagai imigran di Amerika.

Dimulai dengan perjuangan sebelum akhirnya bekerja, kemudian mendapatkan beasiswa ke Amerika, kita dikenalan dengan satu "mantra" baru oleh Alif. Man saara ala darbi washala ~ Siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan.

Mungkin kita sama seperti Alif, merasa sudah melakukan/menekuni sesuatu yang kita kerjakan, berbuat sebaik mungkin, tetapi ternyata kita hanya melakukannya karena kebutuhan, tetapi sebenarnya bukan itu keinginan kita yang terdalam. Walau memang tak akan mudah dan mungkin tak semua orang mendapatkan pekerjaan sesuai dengan minat kita tetapi melalui buku ini kita diingatkan melakukan sesuatu dengan (secara tidak sadar) terpaksa tentunya tak akan menghasilkan sesuatu yang maksimal, bagaimanapun usaha kita. Berani keluar dari zona nyaman itu memang tidak mudah.

Walau sudah membaca bagaimana perjuangan Alif tetapi tetap saja, saya masih merasa "hey... beruntung banget dia!!" Semua yang didapat Alif tentu saja bukan hanya karena faktor keberuntungan, dari ketiga buku karangan A. Fuadi ini selalu digambarkan bagaimana perjuangan Alif. Ya... tetapi tetap saja kata "dia benar-benar beruntung" tak bisa begitu saja saya buang dari pikiran saya. 

Suka dengan penokohan Alif, karena Fuadi tak membuatnya menjadi tokoh yang biasanya digambarkan begitu sempurna. Alif tetap saja memiliki rasa iri, rasa sombong, rasa takut, ya... layaknya orang kebanyakan, walau demikian Alif juga digambarkan sebagai sosok yang mau belajar dan selalu berusaha untuk menepis hal negatif yang ada didirinya.

Jika tokoh yang kita baca memiliki rasa yang layaknya manusia biasa pastinya kita (mungkin lebih tepatnya saya) lebih bisa menerima ceritanya dan lebih mudah untuk mengambil hal positif dari apa yang disampaikan oleh penulis.

Top. Trilogi yang memberikan banyak pelajaran, juga mengenalkan dunia yang selama ini asing dari kacamata yang benar-benar bisa membuat mata kita ikut terbuka.

Bintang : 4 / 5 Bintang

2 comments:

  1. Gak sabar lagi pengen cari bukunya hehe :.

    ReplyDelete
  2. hahaha, udah tahu covernya udah lama. tapi belum ketemu novel ini. dimana sih sembunyinya ?

    ReplyDelete