Friday, February 6, 2015

Walking After You

Terjebak pada masa lalu. Kadang tanpa kita sadari bukan masa lalu yang telah menjebak kita, namun kita sendiri yang biarkan diri kita tetap berada di masa lalu. Walau mungkin kita merasa telah melangkah maju.

Mungkin, orang lain akan mudah berkata sabar, lepaskan, relakan dan lain sebagainya. Dan tak jarang kita bersembuyi pada dalih, mudah untuk mengucapkannya. Namun sebenarnya pada kenyataannya kitalah yang memilih untuk tetap berkutat di masa lalu itu.

Kisah An yang berusaha untuk melanjutkan mimpi Arlet mungkin bisa menggambarkannya. Memang tidak mudah begitu saja menghilangkan rasa bersalah. Namun seperti kata Galuh, yang diperlukam adalah menerimanya, bukan menghilangkannya.


Judul : Walking After You
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 328 Halaman

Sinopsis :

Masa lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.

Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.

An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.

Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.

Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.


***

Kisah ini dimulai dengan cerita tentang sepasang saudara kembar, Anise dan Arlet. Walau mereka kembar identik namun untuk beberapa hal mereka sangat berbeda. Terutama dengan minat masakan mereka, Arlet lebih suka memasak kue-kue yang manis sedang Anise lebih suka memasak pasta.

Di awal cerita cukup dibuat penasaran dengan keberadaan Arlet, apa yang terjadi pada mereka. Cerita memang diambil dengan sudut pandang Anise, tetapi tokoh Arlet cukup kuat. Juga tokoh-tokoh lain dalam buku, walau mungkin semua memiliki porsinya sendiri-sendiri yang terasa sangat pas.

Hal yang selalu menarik di setiap tulisan Windry adalah bagaimana profesi setiap tokoh utamanya digambarkan sangat detail. Dan di buku ini profesi seorang koki kue dan pembuat makanan itali yang diangkat, tidak hanya itu semua hal yang berkaitan dengan dunia kuliner tak hanya sekali dua kali membuat saya ingin ikut merasakan apa yang mereka buat. 

Awalnya, saat tau bahwa Anise, An, bekerja di toko kue Afternoon Tea adalah untuk mewujutkan cita-cita Arlet, membuat terpetik rasa simpati padanya, namun beberapa kali juga dibuat gemas sendiri oleh tingkah An. Yup, jika ada tokoh yang tidak saya suka dalam novel ini adalah tokoh An itu sendiri, tetapi tetap tak bisa membencinya. Bagaimana sikapnya ketika berhadapan 

Sedang tokoh lain yang tak kalah mencuri perhatian adalah Julian, Jul. Sifat perfeksionisnya yang kemudian sangat bertolak belakang dengan bagaimana tingkahnya ketika digoda, membuat tokoh ini memiliki sisi tersendiri yang menarik. 

Juga ada tokoh Ayu, yang awalnya terasa hanya sebagai pelengkap namun ternyata dia juga yang membuka jalan untuk An, membuka jalan untuk benar-benar maju.

Untuk endingnya, cukup unik untuk saya tapi tetap maniiiis.

An, yang mengubur mimpinya kemudian berjuang untuk menjadikan mimpi saudara kembarnya sebagai koki kue. An dengan kekonyolannya untuk berusaha merebut hati Julian, namin disatu titik ternyata ia sendiri masih belum benar-benar melepaskan Jinendra. An, dengan rasa bersalahnya. An, dengan kekepoannya tentang Ayu. An, tampak begitu egois.

An, yang belum bisa melangkah dari masa lalunya.

Pelangi yang muncul setelah hujan adalah janji alam bahwa masa buruk telah berlalu dan masa depan akan baik-baik saja.

Itu masa lalu, jangan terjebak didalamnya terlalu lama.

Galuh benar. Untuk melepaskan masa lalu, yang harus kulakukan bukan melupakannya, melainkan menerimanya. Dengan menerima, aku punya kesempatan untuk belajar memaafkan diri sendiri. Aku tidak berkata ini mudah. Dan, ini akan butuh waktu. Tetapi, pada saatnya nanti, aku akan terbebas dari semua beban yang menekanku selama ini.

4,5 / 5 Bintang untuk macaroon pelangi.

1 comment: