Sebagaimana orang yang begitu pandai menutupi perasaannya. Orang yang tampak tegar bisa jadi sebenarnya adalah orang yang paling rapuh, pun sebaliknya.
Bahkan mungkin orang tersebut sendiri tidak sadar bahwa dirinya begitu rapuh, atau begitu tegar.
Kehilangan, mungkin akhirnya bisa menguak hal tersebut.
Ah ya... Buat kamu yang belum baca seri ini dari awal, bisa baca masing-masing sinopsis perbukunya di post sebelumnya. Tapi saya sarankan sih baca bukunya dulu mulai pertama dulu, atau baca review buku pertamanya dulu, karena bisa jadi review buku kedua jadi spoiler buat buku pertama, buku ketiga spoiler buat buku sebelumnya, pun review yang ini.
Judul : The Chronicles of Audy : O2
Penulis : Orizuka
Penerbit : Haru
Tebal : 364 Halaman
ISBN : 9786027742864
Penulis : Orizuka
Penerbit : Haru
Tebal : 364 Halaman
ISBN : 9786027742864
Sinopsis :
Cerita tentunya masih seputar dunia Audy dan 4R, dimana Audy masih saja mengerjakan skripsinya dan 4R sibuk dengan dunianya masing-masing. Regan yang telah menikah dengan Maura, Romeo masih tetap dengan kesibukan hackernya, Rex yang akan lulus SMA dan Rafael yang sedang menanti untuk mendapatkan sekolah baru.
Hal menarik pertama adalah skripsi Audy. Sebenernya bukan hal yang utama di seri ini, tapi selalu ada. Ya... buku yang terbitnya setahun sekali ini selalu memuat tentang skripsi Audy. Kesannya lama ya empat tahun tuh skripsi gak selesai selesai, padahal ya cerita di novel pastinya nggak selama itu. Tapi, Audy akhirnya bisa menaklukkannya dalam satu bulan. Hiebyat!! Walau nggak memungkiri hal itu bisa, tapi ya... menurutku sih akan lebih baik kalau ada perkembangan sedikit demi sedikit dari novel pertama. Tapi itu nggak ngurangi penilaian atas novel ini kok. Hahaha.
Saya suka dengan pengembangan masing-masing tokohnya.
Regan, yang mungkin ditunjukkan paling dewasa tetap saja butuh bantuan dari orang lain, yang mungkin bisa dikatakan tak sedewasa dirinya. Begitu juga dengan Maura. Dan masalah mereka bisa menunjukkan sisi dewasa yang lebih dari Audy.
Romeo, ada sisi yang... erm... cukup mengejutkan, tapi masih sedikit bisa diterima lah alasannya.
Nggak nyangka tapi kadang memang orang yang kita anggap begitu terbuka, tetap punya sisi yang mungkin kurang kita pahami. Romeo dan Audy? Hmmmm...
Rex, sosok dingin dan cuek... si ensiklopedia berjalan... Disini ditunjukkan sisi lain Rex, walau masih ada lah saat-saat dia begitu menyebalkan. Sisi romantis, sisi 'hangat'nya Rex. Kalau sisi dewasa mungkin sudah dari buku pertama dia terlihat dewasa tapi sedikit tertutupi karena dia yang pinter banget sehingga tampak meremehkan orang lain.
Rafael, disini benar-benar ditunjukkan sifat kanak-kanak Rafael. Jika dibuku-buku sebelumnya lebih ke sisi jenius Rafael dibanding anak seusianya, tapi dibuku ini dia tetaplah anak-anak. Yang memiliki keingin tahuan begitu besar.
Saya suka dengan kisah cinta Audy dalam setiap buku seri ini, begitu juga dalam buku ini. Kocak, kadang bikin gregetan, kadang bikin iriiii... hahaha. Gimana nggak iri ada orang yang mencintai Audy sedemikian rupa, dengan cara yang unik pastinya. Hahaha. Tetap dengan galau galaunya Audy yang masih belum punya rencana untuk masa depan, tapi justru seseorang sudah memasukkannya dalam rencana masa depannya. Buat saya cukup romantis, dibanding gombal-gombalan. Tapi, ya... hal itu makin buat Audy galau, dan karena kegalauannya banyak tingkah polah nyeleneh yang akhirnya dia lakukan.
Saya suka dengan kisah keluarga dalam serial ini. Bagaimana 4 orang yang bisa dikatakan memiliki kepribadian yang unik. Audy, mungkin bisa dikatakan menjadi perekat diantara mereka. Bahwa keluarga, bagaimanapun akhirnya adalah tempat pulang. Banyak hal menarik tentang keluarga di buku ini. Cukup banyak haru.
Ah, ada sedikit yang membuat jengkel. Entah kenapa saya merasa sikap Romeo dalam buku ini begitu kekanak-kanakan. Saya dari buku ketiga sudah nggak nyangka dengan sikap Romeo, alasannya baik tapi entah... saya rasa caranya saja yang salah. Saya ngerasanya nggak Romeo banget, terlebih ketika di buku ketiga begitu dewasanya Romeo dijabarkan.
Ah, yang pasti kisah Audy ini bener-bener menarik. Bisa dikatakan komplit lah... lucu, haru, kesel, romantis, dan berakhir manis.
Oh ya, satu hal yang juga menjadi pesan dalam buku ini. Tentang meraih cita-cita. Nggak terasa menggurui tapi dapet banget lah tentang itu.
Hai.
Namaku Audy.
Umurku masih 22 tahun.
Hidupku tadinya biasa-biasa saja, sampai cowok yang kusukai memutuskan untuk meneruskan sekolah ke luar negeri. Ketika aku sedang berpikir tentang nasib hubungan kami, dia memintaku menunggu. Namun ternyata, tidak cuma itu. Dia juga memberikan pernyataan yang membuatku ketakutan setengah mati!
Di saat aku sedang kena galau tingkat tinggi, masalah baru (lagi-lagi) muncul. Seseorang yang tak pernah kulirik sebelumnya,sekarang meminta perhatianku! Ini, adalah kronik dari kehidupanku yang sepertinya selalu ribet.
Kronik dari seorang Audy.
***Cerita tentunya masih seputar dunia Audy dan 4R, dimana Audy masih saja mengerjakan skripsinya dan 4R sibuk dengan dunianya masing-masing. Regan yang telah menikah dengan Maura, Romeo masih tetap dengan kesibukan hackernya, Rex yang akan lulus SMA dan Rafael yang sedang menanti untuk mendapatkan sekolah baru.
Hal menarik pertama adalah skripsi Audy. Sebenernya bukan hal yang utama di seri ini, tapi selalu ada. Ya... buku yang terbitnya setahun sekali ini selalu memuat tentang skripsi Audy. Kesannya lama ya empat tahun tuh skripsi gak selesai selesai, padahal ya cerita di novel pastinya nggak selama itu. Tapi, Audy akhirnya bisa menaklukkannya dalam satu bulan. Hiebyat!! Walau nggak memungkiri hal itu bisa, tapi ya... menurutku sih akan lebih baik kalau ada perkembangan sedikit demi sedikit dari novel pertama. Tapi itu nggak ngurangi penilaian atas novel ini kok. Hahaha.
Saya suka dengan pengembangan masing-masing tokohnya.
Regan, yang mungkin ditunjukkan paling dewasa tetap saja butuh bantuan dari orang lain, yang mungkin bisa dikatakan tak sedewasa dirinya. Begitu juga dengan Maura. Dan masalah mereka bisa menunjukkan sisi dewasa yang lebih dari Audy.
Romeo, ada sisi yang... erm... cukup mengejutkan, tapi masih sedikit bisa diterima lah alasannya.
Nggak nyangka tapi kadang memang orang yang kita anggap begitu terbuka, tetap punya sisi yang mungkin kurang kita pahami. Romeo dan Audy? Hmmmm...
Rex, sosok dingin dan cuek... si ensiklopedia berjalan... Disini ditunjukkan sisi lain Rex, walau masih ada lah saat-saat dia begitu menyebalkan. Sisi romantis, sisi 'hangat'nya Rex. Kalau sisi dewasa mungkin sudah dari buku pertama dia terlihat dewasa tapi sedikit tertutupi karena dia yang pinter banget sehingga tampak meremehkan orang lain.
Rafael, disini benar-benar ditunjukkan sifat kanak-kanak Rafael. Jika dibuku-buku sebelumnya lebih ke sisi jenius Rafael dibanding anak seusianya, tapi dibuku ini dia tetaplah anak-anak. Yang memiliki keingin tahuan begitu besar.
Saya suka dengan kisah cinta Audy dalam setiap buku seri ini, begitu juga dalam buku ini. Kocak, kadang bikin gregetan, kadang bikin iriiii... hahaha. Gimana nggak iri ada orang yang mencintai Audy sedemikian rupa, dengan cara yang unik pastinya. Hahaha. Tetap dengan galau galaunya Audy yang masih belum punya rencana untuk masa depan, tapi justru seseorang sudah memasukkannya dalam rencana masa depannya. Buat saya cukup romantis, dibanding gombal-gombalan. Tapi, ya... hal itu makin buat Audy galau, dan karena kegalauannya banyak tingkah polah nyeleneh yang akhirnya dia lakukan.
Dulu waktu kamu nggak ada di rencana masa depanku, kamu marah. Sekarang, setelah kamu ada di sana, kamu... nggak tau?Yaaaah, begitulah ceweeek hahaha. Minta dikasih sesuatu, eh setelah dikasih malah bingung sendiri.
Saya suka dengan kisah keluarga dalam serial ini. Bagaimana 4 orang yang bisa dikatakan memiliki kepribadian yang unik. Audy, mungkin bisa dikatakan menjadi perekat diantara mereka. Bahwa keluarga, bagaimanapun akhirnya adalah tempat pulang. Banyak hal menarik tentang keluarga di buku ini. Cukup banyak haru.
Seperti oksigen, keluarga ada di sekitarmu, di setiap tarikan napasmu, mengalir dalam darahmu. Walaupun kamu nggak selalu bisa lihat, tapi kamu tahu keluarga selalu ada bersamamu.Rex yang awalnya 'dipaksa' untuk dekat dengan Rafael. Mereka bukan saling membenci tapi tak tau bagaimana cara memahami satu sama lain. Cukup lucu saat bagian 'pemaksaan'nya, namun ternyata justru hal-hal yang tampak sepele yang berhasil. Dan ya... jadi nyes aja dihati saat cerita tentang mereka berdua.
Ah, ada sedikit yang membuat jengkel. Entah kenapa saya merasa sikap Romeo dalam buku ini begitu kekanak-kanakan. Saya dari buku ketiga sudah nggak nyangka dengan sikap Romeo, alasannya baik tapi entah... saya rasa caranya saja yang salah. Saya ngerasanya nggak Romeo banget, terlebih ketika di buku ketiga begitu dewasanya Romeo dijabarkan.
Ah, yang pasti kisah Audy ini bener-bener menarik. Bisa dikatakan komplit lah... lucu, haru, kesel, romantis, dan berakhir manis.
Oh ya, satu hal yang juga menjadi pesan dalam buku ini. Tentang meraih cita-cita. Nggak terasa menggurui tapi dapet banget lah tentang itu.
Dalam meraih cita-cita, kamu udah gagal di detik Pertama kamu menyangsikan dirimu sendiri.
Yaaaaaa.. Walau sedih berpisah dengan keluarga ini... tapi kronik Audy ini tetep juara... 5/5 bintang deeeh.
******
Sekarang saatnya GiveAway.
Ada 1 buku The Chronicles Audy : O2 yang bisa kamu dapatkan.
Syarat utamanya, kamu memiliki alamat penerima di Indonesia. Hehe.
Gimana cara dapetnya? Gampaaaaaaang.
1. Jawab di kolom komentar, adakah orang 'diluar' keluarga kamu tapi bagimu dia sudah seperti keluarga sendiri? Jika ada, apa alasannya?
2. Follow twitter @PenerbitHaru
3. Twitkan tentang GA ini, minimal 1x saja. Sehari sekali sih lebih baik... Hehehe. Tanpa perlu mention saya, cukup dengan hestek #AudyO2
Format jawaban :
- Email :
- Akun twittermu (bukan link ya!) :
- Jawaban :
Waktu GiveAway, karena sebentar lagi lebaran maka GA ini saya adakan sampai sesudah lebaran. Tgl 9 Juli 2016. Pengumuman pemenang paling lambat seminggu sesudahnya.
Oia, selain di blog ini kamu bisa mengikuti GiveAway di 4 blog lain.
Email : fridaliash@yahoo.co.id
ReplyDeleteAkun twitter : @frdliash
Jawaban :
Ada, yaitu sahabat aku inisial NH. Dia ini udah ak anggap seperti kaka dan adek ak sendiri. Dia selalu ada setiap aku ada masalah,begitu pun ak selalu berusaha ada untuk dia. Kita selalu berbagi dam ngunjungin tempat2 baru. Kita ga pernah sungkan sungkan untuk tidur bersama,makan sepiring berdua. Kita sering beli baju samaan kya anak kembar. Dia selalu nasihatin aku saat ak salah, dan dia selalu terbuka saat ada masalah. Pokoknya dia udah seperti keluarga ak. Bahkan dia manggil mamah ak dengan panggilan mamah juga. Dia salah satu orang terpenting dalam hidup aku.
Email: Irena.ramadhanty@gmail.com
ReplyDeleteAku Twitter: @MiwaNa_kai
jawaban:
Dia sahabat aku. Apa perlu aku sebutkan namanya? Hmm, semoga dia nggak marah hehe, namanya Amalia Marli.
Kita udah deket banget semenjak kelas 3 SD!! Haha, iya Tiga SD! Gak berasa udah lama banget waktu aku laluin sama dia.
Walau sekarang pastinya, aku sudah punya banyak sahabat yang lain, aku gak bisa lepas dari dia. Dia sahabat yang paling ngertiin aku. Yang rela nolong aku kapanpun aku butuh (kadang gak butuh juga dia datang.) dan semangatin aku.
Kepribadian kita beda. Beda banget. Aku sendiri cenderung Introvert sedangkan dia Extrovert.
Alasan aku udah seperti keluarga sama dia adalah, dulu, aku pernah masuk ke zona bahaya. Dimana aku menjadi Anti-sosial. Kami gak berkontak lagi satusama lain. Tapi, tiba-tiba, setahun kemudian, dia datang. Maksa aku sekolah lagi, maksa aku untuk keluar rumah, maksa aku bales BBM dia. Haha. Katanya, dia kesepian tanpa aku. Haduh.
Berkat dia, aku tidak terjerumus ke hal yang lebih parah. Terima kasih sahabat! Terima Kasih Amalia Marli! Terima kasih.
Email : claudhiasafira@yahoo.com
ReplyDeleteAkun twitter : @dheasafira28
adakah orang 'diluar' keluarga kamu tapi bagimu dia sudah seperti keluarga sendiri? Jika ada, apa alasannya?
Ada, dia adalah sahabatku. Sahabat dalam artian yg sebenarnya.
Dia selalu ada di saat aku membutuhkannya, selalu ada di saat aku sedih.
Dia tidak selalu membenarkanku. Kalau aku salah, dia akan menasehatiku dengan caranya sendiri, tidak menyakitkan tapi mengena di hati.
Dia juga orang yg selalu memercayaiku, menyemangatiku, dan meyakinkanku kalau aku pasti bisa, di saat aku sendiri tidak yakin dengan diriku.
Dia juga mau menerimaku apa adanya, dengan semua kemalasanku, kejelekanku, dan kemanjaanku.
Dia salah satu orang yg benar2 mengerti diriku.
Yang terpenting, dia membuatku menjadi pribadi yg lebih baik. Selalu mengingatkanku untuk tidak lupa dengan siapa pemilik alam semesta, untuk tidak lupa mengerjakan kewajiban-kewajibanku sebagai seorang umat.
Email : ainun.nisa.fitri@gmail.com
ReplyDeleteAkun Twitter : @AinunNisaF
Jawaban :
Ada❤ Mereka adalah keluarga SKI SMA Negeri 3 Malang, hehe. Alasan kenapa mereka seperti keluargaku sendiri karena SKI itu tempat berpulang di tengah-tengah sibuknya aktivitas akademis di sekolah. Pulang sekolah kalau kumpul sama anggota SKI rasanya kayak pulang ke 'rumah'. Nggak kayak temen-temen yg lain yg masih canggung-canggungan, mereka bener-bener ngelakuin aku dan anggota lain layaknya keluarga. Kalau salah, ditegur, tapi juga diajak memperbaiki. Karena kami yakin keluarga itu ada karena kami saling membutuhkan. Jadi kami nggak ragu untuk negur, karena memang ada kalanya kami butuh ditegur untuk jadi pribadi yang lebih baik. Kalau ada yang lagi bahagia, bahagianya itu dibagi dan ditularkan ke anggota lain. Traktiran lah, maen bareng lah, banyak hehe.
Terus Ada yang kebapakan, sukanya perhatian tapi tegas. Ada yang keibuan juga, penyayaaaang banget dan peduli sama anggota lain. Ada juga yang kayak Romeo, kocak tapi nyebelin wkwkwkw. Rex juga ada! Omongannya pedes, tapi dia emang gitu, punya cara sendiri buat nunjukin kepeduliannya.
Sehari aja nggak ketemu anggota SKI, rasanya ada yang hilang...
Well, intinya mereka kenyamananku di luar rumah. Meskipun nggak 24 jam aku bareng mereka, tapi mereka ada di sini, di hati, 24jam seperti O2.
Email :elsitafransiska@gmail.com
ReplyDeleteTwitter : @sitasiska95
Ada, sebut saja Kak Al. Dia sudah saya anggap seperti kakak laki-laki yang baru saja saya temukan. Awal pertemuan saya dengannya adalah pada salah satu BUMN tempat saya melaksanakan magang sebagai salah satu persyaratan kelulusan di Universitas. Kak Al ini adalah salah satu instruktur saya dan teman-teman di perusahaan. Awalnya, saya sangat tidak menyukainya. Dia sangat galak, sok, perfeksionis, pokoknya menyebalkan. Tap hari hal yang sangat saya hindari adalah bertemu dengan dia dan satu hal yang sangat saya syukuri adalah dia sering masuk kantor di atas jam 10 pagi. Jadi, setidaknya saya punya dua jam setiap lima hari dalam seminggu untuk mempersiapkan mental. Itu adalah kesa saya terhadap dia saat awal-awal saling mengenal. Tapi kemudian, setelah waktu berlalu, ternyata dia tidak sejahat dan semenyebalkan yang saya pikir. Semua tingkah galaknya tersebut sengaja ditujukan untuk melatih mental saya, menggali dan mmeunculkan bakat dan kemampuan yang saya miliki dan membuat saya belajar bagaimana menghadapi lingkungan kerja yang beragam. Hingga kini, meski beliau telah dimutasi ke daerah lain, kami masih tetap berhubungan baik dan berkomunikasi. Yang ditanyakan tentu saja kabar atau perkembangan karier. Dam saya bersyukur untuk itu
email : nofieshiroyuki@gmail.com
ReplyDeleteTwitter : @nofie_chan
Jawaban :
Aku punya temen yang sudah seperti saudaraku sendiri walaupun kami belum pernah ketemu langsung karena dia di Madura dan aku Sumut
Awal kenal dari twitter karena dia ngepost fanartnya 4R1A disitu aku mikir keren bgt bisa buat begitu. Langsung aku mention terus dijawab dan ternyata kami seumuran. Jadi aku minta pin BM dia disana kami ngobrol banyak dan lagi-lagi punya banyak kesamaan, hobby yang sama udh gitu kerja hampir dibagian yang sama juga walaupun kami beda jurusan. Aku sering curhat sama dia begitupun sebaliknya. Saling kasih support, semangat, saran, atau berbagi apapun yang menarik.
Walaupun kami gak pernah ketemu dan awalnya tidak saling kenal tapi aku nyaman ngobrol sama dia ^_^
Hari ini dia ikut interview kerja lagi semoga sukses ya Tia-chan wish U're luck
rinspiration95@gmail.com
ReplyDelete@rinicipta
Ada lima orang temanku yang udah ku anggap keluarga, sebut aja kami 'Bidan Kece'. Bisa dibilang temen geng, karena baik di kampus maupun diluar kampus kita main bareng. Aku ketemu mereka sekitar 3 tahun lalu, pada jaman mahasiswa baru. Kami memang dari wilayah yang sama, satu jurusan dan sama-sama merantau jadi bisa nyambung dan saling support seperti keluarga. Apalagi disaat sekarang, lagi ngerjain tugas akhir dan kangen-kangennya buat pulang kampung hehe..
Karakter kami beda-beda, tapi hebatnya sekarang malah makin kompak. Pernah sekali dua kali ada konflik, tapi kami berhasil melaluinya. Semoga setelah lulus kuliah nanti, kita masih bisa tetep temenan meski telah memilih jalan yang berbeda. Semoga kami sukses bersama :')
email: endang.gm1234@gmail.com
ReplyDeletetwitter: @endanggm_
jawaban:
ada, sahabat pastinya. "sahabat adalah keluarga yang anda pilih" (Jess C. Scott). saya menganggap sahabat sama halnya seperti keluarga saya sendiri karena mereka memberikan saya cinta, dukungan, kepercayaan, pengorbanan, kejujuran, kebahagiaan, perlindungan, keamanan, kompromi, rasa syukur, menerima saya apa adanya dan memberikan kesetiaan. sahabat bukan benar-benar sahabat, tapi sahabat adalah keluarga:)
Email : mulya.saadi@gmail.com
ReplyDeleteAkun Twitter : @mulya_saadi
Jawab :
Tentu ada. Dia adalah sahabat saya. Karena kami sudah saling lama kenal dan melalui sekolah bersama, jadi sudah seperti keluarga. Apalagi orang tua kami juga kenal akrab. Meski ada perbedaan psikologis diantara kami, yaitu saya anak tunggal, dia anak tengah dari 3 berdaudara. Tapi, kalau sudah bersama, kami seolah menyatu.
Email : fakhrina13@gmail.com
ReplyDeleteTwitter : @fakhrina_fm
Jawaban :
Sahabat. Sahabat. Sahabat sudah seperti keluarga sendiri, lebih tepatnya sebagai saudara kembar��. Suka duka dilalui bersama-sama. Bermain bersama. Curhat bareng. Jajan bareng. Extra bareng. Makan bareng disekolah. Duduk bareng disekolah, tapi dulu ada phonya, temenku ngebet banget duduk sama aku, kalau akau gk mau, temenku selalu bikin masalah, kezel jadinya, tapi mau digimanain lagi, yodah deh sahabat aku duduk didepan aku, biar kita bisa deket��. Di dalam persahabatan pasti ada hambatannya ya kak, dulu orang tua sahabat aku ngelarang sahabat aku untuk bermain bersamaku, mau gk mau lagi, dia jauhin aku selama beberapa bulan, dan pada akhirnya kita kembali lagi seperti semula. Kini kita sudah beda sekolah kak, sahabat aku mondok, jadinya udh jarang bertemu. Untung sekarang ini udh canggih, ada sosmed. Sahabat aku selalu ngabarin kalau dia mau pulang bulan depan/sekarang sdh ada dirumah. Kalau sudah begitu, kita langsung saja bertemu, kadang aku kesana, kadang dia yg kesini. Pernah dia kerumah aku sampe malam��. Kalau aku ke rumahnya, kita selalu main-main di sawah soalnya rumah dia deket sawah. Pernah kita fotbar ditengah sawah, gegara gk kuat nahan beban, eh kita langsung jatuh kesawah deh, langsung berlumpur semua�� terus kita bersihkan badan di sungai�� Dulu aku pernah kebelet beol disaag jalan-jalan�� kita langsung lari-lari nyari toilet sampe kepleset, gara-gara toiletnya deket pemancingan, kita iseng-iseng mancing lele deh, nunggu luama banget eh gk dapet-dapet ikan���� akhirnya kita beli langsung ikannya sekilo dan bakar-bakar bareng deh, hmmm, lezatnya, jadi laper, tapi lagi puasa��. Dulu juga pernah sandal sahabat aku hanyut di sungai. Kita langsung nyebur deh kesungai, gegara nanggung, kita main air aja deh sekalian�� habis itu nengger di pohon buat ngeringin baju, dll sembari nonton anak kecil main layangan. Super sekali deh, jadi kangen masa jalan-jalan bersama. Masih banyak lagi masa-masa bareng sahabat, sekarang blm ketemuan lagi, dianya masih di pondok��. Love you sahabat ❤. Wish me luck��
Email : Dianika7@gmail.com
ReplyDeleteTwitter : @diani_dianika
Jawaban :
Ada, yaitu sahabat aku. Mereka udah aku anggap seperti keluarga sendiri. Sahabat-sahabat aku tempat aku berkeluh kesah kalau aku punya masalah. Mereka selalu ada untuk aku di waktu tersulitku. Kita suka mencoba hal-hal baru, mulai dari mengunjungi tempat baru, mencoba makanan baru, dan hal lainnya. Aku orang yang sangat tertutup, jadi aku cukup beruntung mengenal mereka di hidup aku, sampai aku bisa nyaman sama mereka, sampai mereka bisa tau baik buruknya aku. Mereka bisa menjadi orang yang bisa memberikan nasihat kalau aku butuh, tanpa berusaha untuk menggurui. Mereka orang yang udah aku anggap kayak keluarga agu sendiri. Mereka tempat aku sharing moment terindah and moment tersulit di hidupku.
Email : rinivir90@gmail.com
ReplyDeleteAkun twitter: @Rinitavyy
Jawaban :
Kalo untuk saat ini gak ada. tapi dulu pernah ada, namun sekarang orangnya udah gak ada. Dia bisa dibilang orang luar, karena keluargaku dan orang tersebut gak punya ikatan keluarga. Dia orang luar yg butuh tempat tinggal karena setelah rumah beserta usahany kebakaran yg kemudian di tinggalkan oleh istrinya. dia akhirnya gak punya kerjaan tetap dan masih kerja srabutan. Karena mbahku kenal sama orang itu, akhirnya dibolehin tinggal dirumah. Walaupun bukan sanak sodara, kalo pas waktu makan, ya orang itu di ajak makan bareng. itu terus berlanjut sampai seminggu. Dia udah di anggep sodara sebelum dan sesudah dia tinggal di rumahku.
Tapi setelah dapat kerjaan tetap, dia pun pindah.
Dia yg aku maksud adalah seorang Bapak paruh baya berinisial R, yg hidupnya sebatang kara. Alasan keluargaku menerimanya, ya lantaran kasihan, udah tua tak punya tempat tinggal tetap, lagi pula keluargaku juga udah kenal dengan Bapak itu. Tapi Bapak itu udah meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit.
Email: frayaf@yahoo.com
ReplyDeleteAkun twitter : @frayafadibaa
Jawaban:
Ada, alasannya kenapa dia ku anggap saudara karna kami memang udh seperti kakak beradik , dan pastinya aku lebih senang jadi kakaknya dia karna aku bisa punya adik banyak, memberikan nasihat ke dia, nerima kelakuan dia kek mana pun yg pastinya bikin jengkel orang, dan dia adalah orang yg paling sudi kalu udh diajak fangirling dan gila bareng, dia pernah terpuruk karna ditinggal ayahnya, aku disitu beneran sedih karna bayangin dia kehilangan ayahnya yg juga pastinya aku yakin ini udh takdir dan disaat yg sama aku ulang tahun. Jadi ga pernah terbayangkan aku harus bersikap kek mana disaat bagian dari keluarga ku ini harus sedih dan merasa kehilang disaat seharusnya senang karna bisa ngerayain ultahku. So sampai sekarang kami aku, dia, dan dia bertekat setelah merayakan ultahku kami mengunjungi makam ayahnya dia. San si Dia yg satu lagi juga ga kalah berharganya sebagai keluarga karna dia bisa kadang netral kadang juga yg bikin kami berantam akan hal sepele haha Semoga persaudaraan kami ini akan kekal sampai maut memisahkan, dan akan berlanjut di akhirat nanti amiin 😊
Email: yasfinnisa08@yahoo.com
ReplyDeleteAkun twitter: @flowedelweiss1
Jawaban:
Ada. Yaitu, para sahabatku. Mereka yang selalu ada disaat aku sedih. Mereka yang selalu mendukung aku. Mereka yang selalu membuat ku bahagia ketika aku sedih karena disindir oleh orang lain. Aku belum pernah menemukan orang-orang seperti mereka. Walaupun, kami sering menyindir satu sama lain, tetapi itu hanyalah candaan saja. Mereka yang selalu berusaha menolong sebisa mereka. Mereka akan selalu kukenang sebagai teman/sahabat terbaik yang aku punya. Sayangnya, kami harus berpisah dikarenakan ada urusan utk masa depan. tapi kami tidak akan melupakan satu sama lain. Suatu saat nanti, kami akan bertemu kembali dan berkumpul lagi seperti kemarin. Mereka adalah sahabat sekaligus keluarga saya diluar keluarga kandung saya
Email : yohanasiallagan23@gmail.com
ReplyDeleteAkun twittermu :@MrsSiallagan
Jawaban : Ada. Yaitu anak yatim dari panti asuhan. Saya sudah bersahabat dengan dia sedari kecil, kejadiannya ketika saya SD, saya sering di bully waktu pulang sekolah jadi dia nolongin saya, sampai besar begini kami tetap berteman baik, dia adalah teman terbaik saya, bahkan bisa dibilang saya menganggapnya sebagai saudara kandung, dia selalu ada untuk saya dan membantu saya, saya merasa nyaman dengan dia padahal kami bukan saudara kandung tetapi karna perasaan kasih, dia sudah menganngap saya sebagai adiknya, saya selalu kontak dengan dia. Sampai kami berada dalam 1 universitas tetapi berbeda jurusan, kadang dia bekerja part time, saya yang akan memasak di kos dan sebaliknya ketika dia sedang free,dia sangat memotivasi saya. Dimana ada saya, pasti ada dia, bahkan orang memanggil kami si kembar saking akrabnya.
Email : coretankatagita@gmail.com
ReplyDeleteTwitter : @Anggitasrya
Jawaban :
Ada, aku dulu pernah punya "mbak", aku biasa memanggil beliau dengan panggilan "Mbok Tono". Mbok Tono sudah seperti ibu keduaku, beliaulah yang mengantar dan menungguiku saat aku bersekolah di taman kanak-kanak, beliaulah yang menyuapiku ketika aku mengeluh saat merasa lapar, beliaulah yang menggendongku saat aku menangis, beliaulah yang menenangkanku ketika aku ribut menanyakan keberadaan ibuku, beliaulah yang dengan sabar menegurku ketika aku bertingkah nakal, singkat kata beliaulah yang mengurusi segala hal tentangku disaat orangtuaku sibuk bekerja. Usia beliau lebih tua dari kedua orangtuaku. Orangtuaku pun sudah menganggap beliau sebagai bagian dari keluarga, saat Mbok Tono mengalami kesusahan, keluargaku selalu siap membantu. Namun sekarang Mbok Tono sudah tak lagi bersama keluargaku. Setelah aku lulus TK, aku pindah ke luar kota, dan Mbok Tono tak bisa ikut dengan keluargaku. Rasanya sedih, saat terakhir beliau ikut mengantarku sebelum berangkat ke luar kota. Saat itu aku menangis sejadi-jadinya.
Setelah pindah, ibuku mencarikanku "mbak" lain untuk merawat aku dan adikku yang masih kecil, namun pada akhirnya tak ada yang cocok, tak ada yang bisa menggantikan beliau, tak ada yang bisa menggantikan Mbok Tono.
Email: kikisuarni616@yahoo.com
ReplyDeleteTwiter: @Kimol12
Adakah orang 'diluar' keluarga kamu tapi bagimu dia sudah seperti keluarga sendiri? Jika ada, apa alasannya?
Jawabannya adalah BUAAANYAAAK! Hahhaa..
Yup, buanyak yaitu para sahabatku tentunya. Ada yang dari SD ampe sekarang masih lengket. Ada yang ketemunya di kuliahan tapi uda klik aja satu sama lain.
Alasannya?
Well, tentu aja karena kita sehati. Selalu saling support, saling berbagi cerita dan saling bantu kalo ada masalah. Hebohnya sama, rumpinya sama, wah...pokoknya udah klik semua. Buatku sahabat adalah keluarga kedua yang selalu tersenyum saat kita bahagia dan ikut nangis saat kita sedih.
Terima kasih.
email : cutna15@gmail.com
ReplyDeleteTwitter : @cnadia_ps
Jawaban : Adaa, yaitu 2 sahabatku dari smp hingga sekarang aku duduk di sma..awal kenal gara gara yahh kami itu satu kelas saat kelas 8..dan akupun tidak terlalu dekat dengan mereka dulu..bahkan saat aku ada masalah aku malah curhat ke teman yang lain bukannya 2 sahabatku sekarang ini ...seiring berjalannya waktu aku merasa seperti teman2 yang dulu aku sering curhat ini, dan sudah kupercaya ini mereka hanya datang saat aku lagi merasa senang saja tetapi tidak datang saat aku membutuhkan mereka, membutuhkan support dr mereka dan ternyata malah 2 sahabatku sekarang ini yang selalu berada di samping saya tak peduli aku lagi senang ataupun sedih.. bahkan saat kami duduk di kelas 9 walau mereka berada di kelas yang berbeda denganku dan mempunyai teman2 baru mereka selalu bisa meluangkan waktunya untukku..dan saat kami duduk di kelas 9 ini 2 sahabatku dan aku mempunyai keinginan masuk sma yang sama,hingga berjuang bersama2...yah walau sekarang kami pisah sma kamiu tetap memiliki semboyan walau berbeda seragam tp tetap satu itulah 2 sahabatku yang sudah aku anggap seperti keluargaku sendiri :))
email : zanahafifa@yahoo.com
ReplyDeleteTwitter : @nadiahafifa
seperti keluarga? tentunya ada
Dia sahabat ku dari tk dan dua sahabat sma ku sekarang.
sahabat kecilku sudah aku anggap seperti keluarga sendiri, aku sangat dekat dengannya. saling mengerti satu sama lain--mungkin karena dari tk kali ya.
dan dua sohib sma ku. love banget sama mereka. kita udah kayak perangko kemanana bareng. mereka juga yang menuntunku agar aku juga ikut berhijrah. mentoring bareng, gila-gilaan bareng, curhat heboh sendiri. kalau kerumahnya juga udah ga tau malu. anggap aja rumah sendiri.
pokoknya mereka emang yang paling top.
hey kalian semoga kita bersahabat until jannah yaa.
big lav.
Email: ditalyssahanafi@gmail.com
ReplyDeleteAkun twitter: @ditaaLK
Jawaban: Ada. Mungkin sebagian besar orang juga mengalami. Jadi aku punya temen deket (cewek) kenal dari media social gara2 mengidolakan idola yang sama. Banyak sih yang deket sama aku, tapi yang satu ini beda banget. Dari dulu pertama kenal sampe sekarang masih contact. Dari curhat bareng sampe rumpiin hal-hal sepele, biasanya kita lakuin sampe tengah malem. Seru! Pasti. Dengan pribadinya yang polos, lugu, cerdas, tapi seru bener2 lengkapin aku banget. Kita sedih2 bareng, seneng2 bareng, jatuh cinta bareng, patah hati bareng. Pokoknya dia udah kayak adek aku sendiri dan rasanya kayak punya keluarga yang terpisah gitu. So proud to have her in my life and I do love her so so so much!
Email : yulis.putra.yp@gmail.com
ReplyDeleteAkun twitter : @lisgih
Jawaban : ada donk, mereka itu All of my best friends :) yaa, walaupun diantara mereka mempunyai sifat sifat yang beda², ada yang gesrek, pintar, idola di sekolah, kutu buku tapi mereka itu selalu membuat aku ya setidaknya berarti di sekolah itu, dan kalau ada yang punya masalah ya gak ada yang canggung buat cerita, walaupun masalahnya itu privasi banget. Ya kalo gak ada mereka ya, di sekolah aku pasti sepi banget, ya kadang memang ada konflik sesekali (sering malah) tapi kita nyelesainnya itu gak lama, gak pernah lebih dari 3 hari lah. Maka dari itu, aku anggep mereka itu seperti keluargaku sendiri. I love you guys
Email : auliyati.online@gmail.com
ReplyDeleteTwitter : @nunaalia
Jawaban :
Ada, mereka adalah para tetangga sebelah rumah, kanan-kiri-depan-belakang. Karena mereka adalah orang-orang pertama yg akan membantuku baik saat suka dan duka, lebih dari saudara/keluarga yg tinggal jauh.
E-mail: chqy_rezky_batari@rocketmail.com
ReplyDeleteTwitter: @chqybatarID
Jawaban : Ada, dong! Inisialnya "Z". Mau dibilang teman, tapi kedekatan kami lebih dari itu. Mau dibilang sahabat, tapi hubungan kami lebih istimewa dari itu. Aku tahu apa yang dia tidak suka tanpa dia bilang, dia pun begitu. Dia tahu apa yang bikin aku senang, begitu pun sebaliknya. Seringkali situasi "tepat waktu" tercipta di antara kami. Seperti ketika aku pengen banget beli buku tapi nggak bisa keluar rumah, eh, kebetulan dia lagi ada di toko buku, ketika dia lagi ngidam pengen nonton film yang nggak dia punya, kebetulan aku punya. Setelah itu kami saling tertawa dan yakin bahwa kami memang dijodohkan oleh Tuhan untuk jadi sepasang teman, sahabat bahkan saudara. Aku punya apa yang dia tidak punya, dan dia punya apa yang tidak aku punya. Aku bagaikan kutub utara, dan dia bagaikan kutub selatan, tapi itulah yang membuat kita saling tarik-menarik seperti sebuah magnet.
Email: inayati920908@gmail.com
ReplyDeleteAkun twitter: @inayyayy
Jawaban:
My friend and my sister, Mayna. Kita ketemu pertama kali pas dia kelas 3 SD dan aku kelas 2 SMK. Yap 8 thn jarak umur kita. Dia pindah dari Boyolali ikut orang tuanya yang ngekos serumah dengan aku dan keluargaku.
Aku anak pertama dan punya adik laki-laki berjarak 3 thn dan dia punya kakak laki-laki berjarak 6 thn. Punya saudara cowok sama saudara cewek pasti beda rasanya. Karena kita berdua sama-sama punya saudara cowok, jadi kita bisa klop, curhat-curhatan, sharing cerita, ngobrolin tentang dunia kita sebagai perempuan, main bareng, hangout, jajan-jajan dan lainnya seperti yg biasa dilakuin kalo punya saudara cewek. Apalagi kita tinggal dalam lingkungan rumah yg sama, kita gampang mau ketemuan, ngobrol sambil cuci piring/baju bareng, ataupun teriak-teriak dari kamar mandi. Meskipun dia lebih muda dari aku, dia banyak ngasih saran dan pendapat buat aku kalau aku lagi galau mau bikin suatu keputusan. Kita saling motivasi dan saling support, ngasih saran dan kritik, pinjem-pinjeman baju, tas, pokoknya banyak deh meskipun kita punya selera berbeda dan idola favorit berbeda. Ga jarang juga kalo iseng kita kambuh, kita jailin satu sama lain, cipratin air, rebutan kamar mandi duluan (cuma ada satu kamar mandi buat semua penghuni rumah), ngumpetin sandal dan lain-lain. Dia dah aku anggap kayak adik perempuanku sendiri.
Dan sekarang dia sudah mau masuk SMK dan aku sekarang sudah bekerja, sudah 8 thn kita berteman, my sista, let's keep this neverlasting friendship, thanks for everything, Love you.
E-mail: arinthagaluh@gmail.com
ReplyDeleteTwitter: @Arinthagaluh
Jawaban: Ada. Namanya Regita Dwi Pramisty. Sahabat atau bisa dibilang saudara. Dari TK sampai sekarang SMP. Dari TK, kita selalu bersama. Aku masih ingat saat dia merengek tidak mau masuk kelas karena takut sama guru. Dan sekarang, dia berubah 180 derajat. Walaupun sekarang kami tidak satu sekolah, tapi kami masih sering bersama. Aku paling sering bertemu dia di masjid. Aku sudah menganggapnya sebagai kakakku sendiri walau usia kami hanya berbeda dua bulan. Teman-teman memanggil kami saudara kembar.
Email: jujun.zalisa@gmail.com
ReplyDeleteTwitter: @sitijuniaty
Jawaban:
Ada dong ^^
Dia udah aku anggap sebagai kakak sendiri. Kami ketemu di organisasi kampus yang sama, lalu akhirnya ngekos bareng. Tinggal berdua jadi lebih seru karena kami punya banyak kesamaan. Orang tua satu sama lain juga udah kenal (walaupun kami anak rantau dari daerah berbeda). Dia 2 tahun di atasku. Kami lebih sering sharing each other daripada advice each other kalo lagi cerita. Beda 2 tahun gak buat karakter kami beda jauh, masih suka kekanak-kanakan, masih suka usil-usilan,dan suka berantem juga. Tapi yang namanya udah berasa saudara sendiri, gimanapun berantemnya tetap aja baikan lagi dalam waktu dekat.
Aku punya satu adik laki-laki, tapi kami gak dekat. Ngobrol juga cuma seputar hal-hal biasa, ibarat kata.. Chemistry nya gak dapet. Ketika nemuin orang yang klop dan cocok satu sama lain dengan aku, kami jadi dekat. Aku mulai sadar kalo dia udah seperti keluargaku, ketika orang lain menyakiti dan berbicara buruk tentangnya, saat itu aku merasa marah dan sedih. Waktu menumbuhkan rasa dan membentuk ikatan. Akhirnya, dia berhasil meraih posisi pada kasta keluarga di hatiku. Dia adalah keluargaku dari orang tua yang berbeda. It's mean orang tuaku juga udah seperti orang tuanya, begitu pula sebaliknya.
email: ainil_azra@yahoo.co.id
ReplyDeletetwitter: @ainilazra
aku manggilnya mbok. dulu, dia yg bantu bantu mama ngurusin aku sma adek adek aku. tapi semenjak sudah dewasa, mbok akhirnya jadi penjahit mama. beda sma audy, mbok orangnya keibuan banget. suka masak, jahit, suka pake batik gtu pkoknya perempuan abis. justru mama yg orangnya mirip2 audy yg ceria happening gtu wkwk mama sbenarnya ibu rumah tangga, tapi krna aku bersodara ckup banyak yah akhirnya butuh mbok buat bantu bantu. kangen banget suasana rumah pas lagi ada mbok, apalagi inget teh+pisang goreng khas dari mbok itu enyaaak banget<3 skarang mbok sudah pisah rumah, tapi kadang2 kita kesana atau ngga dia yg kesini. udah punya cucu lucu bangett.
Email : aozaoz3@gmail.com
ReplyDeleteTwitter : @adeliaaoz
Ada. Sebenarnya banyak banget yang udah seperti keluarga sendiri. Yang pertama, ada anak cewek yang masih SD kelas 6 depan rumah. Aku bisa menceritakan segalanya sama dia. Padahal aku udah kelas 12 SMA. Sama dia juga nggak ada jaim-jaiman. Ngupil, kentut, didepan dia adalah hal yang menurutku biasa saja. Dia juga sering aku suruh-suruh dan sering ku mintain tolong. Dia udah seperti adik aku sendiri karena kemanapun aku pergi, aku sering bersama dia. Yang kedua, dia adalah temanku sejak kita TK besar. Dia sebenarnya sangat bertolak belakang denganku. Aku yang suka bercerita segalanya, ia lebih memilih menutup segala ceritanya. Ia lebih suka mendengarkan. Ia cuek dan aku sangat perhatian. Ia nggak kepo kayak aku, tapi aku suka kepo. Dia adalah satu-satunya yang semua ceritaku ku ceritakan padanya apalagi soal asmara. Dia sangat pemberani dan aku cukup penakut. Dia juga biasa tidur di rumahku sejak kita kecil. Sampai sekarang. Kita dulu juga sering mandi bareng, ke sungai bareng. Asik pokoknya. Ya, ini adalah persahabatan. Saat dia butuh aku untuk melengkapi kekurangannya dengan kelebihanku dan aku butuh dia untuk melengkapi kekuranganku dengan segala kelebihannya. Kita juga tak jarang berselisih paham. Tapi itu hanya beberapa menit saja terjadi. Yang ketiga dan seterusnya belum ada yang spesial.
email: amrelisha [at]gmail[dot]com
ReplyDeletetwitter: @emmanoer22
jawaban: ada satu orang yang bagiku adalah keluarga lain yang aku punya selain keluarga kandungku, yaitu tetangga dirumah ku yang lama, dia adalah teman masa kecilku sampai masa remajaku. Meski hidupnya jauh dari apa yang biasa aku peroleh dan terima dari orangtua maupun keluargaku. Anak ini tetap menjalani hidupnya dengan baik, terkadang aku masih memikirkan bagaimana kehidupannya saat ini. Dulu semasa kecil dia adalah teman bermainku meski ada teman dan saudara yang sering juga bermain bersama, walau hidupnya sulit dia tegar banget sebagai anak kecil aku hanya tahu dia teman yang menyenangkan untuk diajak bermain masak-masakan dan rumah-rumahan setelah pulang sekolah, tanpa berfikir saat aku sekolah dan bertemu teman2 lain dia dirumah dan kadang membantu nenek dan ibunya berjualan atau mengurus adiknya, setelah remaja dia masih menjadi tetangga juga teman yang menyenangkan saat aku dirumah dan selalu bermain kerumahnya dan bercerita ini itu tentang sekolah dan lainnya, tanpa memikirkan dia sama sekali yang tidak menyelesaikan sekolah SD-nya, membaca dan menghitung pun dia kesulitan. Kami hanya berbeda 2 tahun, saat aku SMA masih asyik dengan teman2 sekolahku, mengerjakan tugas dari sekolah, dan berkumpul dengan teman2 baru, dia sudah harus bekerja membantu ibunya sampai suatu saat kedapatan hamil, dia di hamili boss-nya dan boss itu bahkan tidak mau bertanggung jawab. Saat itu satu-satunya orang yang pertama dia beritahu adalah aku. Tentu saja saat itu aku tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa menjadi pendengar dan teman yang bisa menjaga mulutnya.
Tahun lalu saat aku pulang ke rumah lama yang ada di jawa, dia mampir kerumah dengan suaminya, dan bercerita bahwa anak pertamanya tinggal bersama neneknya-Ibu dari temanku ini.
Aku pikir sampai saat itu pun dia adalah teman terbaikku dan keluargaku juga, meski jauh ketika aku pulang aku akan mencarinya dan dia akan datang padaku dengan cerita baru dalam hidupnya, dia benar2 orang ceria dan sering bercanda. Dari kehidupannya aku belajar untuk bersyukur dengan kehidupan yang aku miliki saat ini. Meski ada hal berat ketika kita tulus pada seseorang mungkin suatu saat dia akan jadi seseorang yang akan selalu ada, meski hanya sebagai pendengar.
Dia tetanggaku dan temanku sejak kecil kami menjalani dunia yang cukup berbeda saat tumbuh dewasa. Aku yang dimanja dan dia yang harus berjuang. Aku bersyukur punya keluarga yang menjaga keharmonisan di lingkungannya, ketika orang2 ada yang mencemooh kejadian waktu itu saat temanku itu kedapatan hamil, ibuku adalah salah satu yang membantu kelahiran anak pertama temanku, yang menemaninya saat pertama kali menjalani persalinan. Karena keluarga akan menjadi tempat yang tempat untuk pulang dan keluarga juga akan bisa menerima kesalahan dari yang lainnya dan memberi kekuatan pada yang lainnya juga. :))
Email. : raisandratifa@yahoo.com
ReplyDeleteTwitter : @tifarsndr
Namanya Widia, diteman sekolahku sejak lama. Susah dan senang kami lewati bersama karena kami berdua merasa kita harus saling melengkapi, layaknya kewajiban keluarga. Pernah kami sama-sama salah memakai kaus kaki, padahal nggak ada niatan buat samaan terus kita berdua kena hukuman waktu upacara berlangsung jadilah kita berdua cuma saling tertawa dan meledek.
Pernah aku dan dia terlambat di waktu masa orientasi, ini gara gara aku tapi anehnya dia nggak marah, dia bilang "Sekali-kali lihat Dklah (dewan keamanan) yang ganteng, kan lumayan"
Pokoknya kami berdua itu ngehadepin dunia yang besar ini bareng-bareng walaupun kami punya kesibukan masing-masing, pokoknya We VS Dunia.
Email: biancanitta@gmail.com
ReplyDeleteTwitter: @biancanitta
Adaa dia Bapak agak tua yang dulu bertemu dengan Papaku. Papaku dulu kalau jemput di deket sekolah, yaitu di di tukang tambal ban karena tempatnya adem banyak pohon rimbun. Dia juga kenal sama Mama. Bapak itu bilang kalau ada apa-apa sama saya aja. Kebetulan keluargaku mau pindah jadi, Bapak ini membantu keluargaku membereskan barang-barang dirumah. H-3 sebelum pindah juga udah sering ke rumah, dengan motor khasnya. Terima kasih, Pak! Sukses utk Bapak dan keluarga! :)
Email : deviambar354@gmail.com
ReplyDeleteAkun Twitter : @Deviambar_
Mubaligh keceku, Miftakhul Huda.
Karena dia sudah ku anggap sebagai kakaku sendiri. Seseorang yg memberikan semangat tentang menulis sebuah cerpen dan puisi. Seseorang yang begitu baik sekali kepadaku.
Dia juga yang mengajariku, bahwa hidup musti digunakan sebaik2 mungkin. Miftahul Huda ini, adalah kakak ku. Seseorang yg memberi pencerahan untukku. Lelaki sholeh yg baik hati serta perhatian sekali kepadaku. :))))
Email : lelynurvitasari@gmail.com
ReplyDeleteAkun twitter : @LelyNurvita
Ada, dia adalah cowok saya. Mungkin kedengarannya aneh, kok cowok dianggap keluarga sendiri? Tp memang itu faktanya. Dia itu 3in1, my boyfriend, my best friend, and my brother. Malah byk orang yg blg wajah kami mirip lagi. Hehe :D
Alasannya, krn dia satu-satunya org yg bisa mengerti saya disaat keluarga saya mungkin kurang/belum/tidak mengerti apa yg saya rasakan. Kenapa saya blg gitu? Karena saya bukan tipe org yg mudah mengatakan segala hal yg saya rasakan kpd org lain, termasuk orang tua saya sendiri. Dan terkadang kita pernahkan merasa kalau keluarga kita tidak mengetahui apa-apa tp malah ngejudge kita, pasti pernah ngerasain kan?
Ya disinilah ‘dia’ selalu berperan sebagai penenang, penyejuk, dan penentram hati saya. Dan dia jg selalu mengajarkan pada saya bahwa tak ada manusia yg tak nyaman dgn keluarganya sendiri, sebab separah apapun keluargamu mereka tetaplah rumah paling aman utk kamu kembali. Dan tak ada keluarga yg tak saling menyayangi, krn keluarga adalah cinta kedua yang terlahir setelah cinta pada Yang Maha Kuasa. :)
Email: shafasalsa31@gmail.com
ReplyDeleteTwitter: salsashf
Jawaban:
Aku punya dua orang teman dekat yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri. Mereka adalah temanku SMP yang sampai saat ini masih berhubungan baik denganku. Nggak mesti ketemu setiap hari tapi kalau sudah ketemu kami bisa ngobrolin apa saja–ngobrol di sini lebih ke ngobrolin diri sendiri bukan ngobrolin orang lain–sampai lupa waktu. Ngobrolin tentang kegiatan kami, rencana-rencana di masa yang akan datang, sampai hal-hal yang nggak penting kayak ketemu cowok ganteng di jalan.
Mereka sudah kuanggap seperti saudara sendiri, bahkan mereka sering bertindak seperti seorang Ibu yang selalu mengingatkan, “Salsa, makan wortel yang banyak ya.” dan lain-lain. Mereka tahu perasaan dan keinginanku tanpa perlu kuberitahu lebih lanjut. Kami selalu memberikan dukungan dan saran-saran terbaik satu sama lain juga sebagai pendengar yang baik satu sama lain.
Email : Juliakartika18@yahoo.com
ReplyDeleteTwitter : @Juliakartika326
Ada. Namanya pak agus. Beliau adalah pembimbing lukisku, orang yang senantiasa sabar mengajariku menggambar perlahan, beliau yang tidak hanya berperan sebagai pembimbingku, tapi juga sebagai orang tua keduaku, soalnya saat latihan mau lomba, kami semua anak didiknya yang cuma lima orang dilatih dari pagi hingga sore sampai mau magrib, secara otomatis kegiatan yang biasa dilakukan dirumah kulakukan disekolah, seperti makan, sholat dan bersih-bersih ruangan, pak aguslah yang berperan menjadi orang tua keduaku waktu itu, yang membelikanku makanan, menjadi imam sholat, membimbingku menggambar, dan banyak hal lainnya. Dan yang paling membekas diingatanku, beliau berani membela aku di depan guru mata pelajaranku yang lain karena aku tidak mengikuti pelajaran disebabkan latihan, dan aku begitu takut ketika kedua guru itu saling bersikeras terhadap pendapatnya masing-masing. Akhirnya semua selesai secara damai dengan kesepakatan. Aku ingat beliau selalu mengantarku pulang hingga sampai tepat di depan rumah saat aku belum dijemput orang tuaku. Dan yang paling menyakitkan tapi mengharukan, meskipun aku berlatih mati-matian, tapi aku hanya mendapat urutan ke tujuh. Aku benar-benar sedih dan kecewa waktu itu, tapi sekali lagi beliau memotivasiku dan memintaku untuk bangkit dan tidak terpuruk, beliau berkata masih ada jalan lain untukku suatu saat nanti yang masih disembunyikan tuhan untukku. Aku percaya perkataan itu. Dan sampai sekarang beliau masih sering mengantarku pulang, dan dia adalah keluarga tanpa ikatan darah yang begitu nyata dalam hidupku.
Selamat iang,
ReplyDeleteSaya sedang blogwalking dan menemukan blog anda.
Saya Soraya dari http://serumah.com. Saat ini trend berbagi ruangan/roomsharing sangat gencar. Kami berinisiatif untuk membuat situs pencari teman sekamar agar orang-orang yang ingin menyewa rumah dapat berbagi tempat tinggal dan mengurangi biaya pengeluaran untuk tempat tinggal. Berawal dari ide tersebut, website serumah.com diluncurkan sejak awal tahun 2016. Saat ini saya membutuhkan bantuan anda untuk memberikan review mengenai serumah.com di situs blog anda. Kami sangat menghargai jika Anda bersedia untuk memberikan review terhadap website kami dan menerbitkan di blog anda.
Mohon hubungi saya jika ada pertanyaan lebih lanjut. Saya ucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatannya.
Soraya F.
Cataga Ltd.
soraya.serumah@gmail.com
http://serumah.com/
Email : HereYaris@gmail.com
ReplyDeleteTwitter : @HereYaris
Q : "Adakah orang 'diluar' keluarga kamu tapi bagimu dia sudah seperti keluarga sendiri? Jika ada, apa alasannya?
A : Ada Sahabat aku dari sekolah menengah pertama. Namanya Andita & Intan. Mereka baik, pintar, dan keluarga kita saling kenal waktu penerimaan rapot hehehe klise sih memang masing-masing ibu kitapun mulai ngobrol, ngerumpi, dan akhirnya makin deket. Kita sering pergi kemana-mana bareng, sampek saat ini. Kita seperti kembar tiga ada yg bilang seperti itu hahaha. Sahabat dari kecil dan ibu kita jadi suka ngerumpi cantik gak cuman waktu senang saja. Pernah salah satu dari kita dalam kondisi susah. Tapi kita masih saling membantu. Alasan? Kukira susah untuk mengartikan alasan dari sebuha persahabatan yg tulus. Semuanya terjadi begitu saja. Tidak ada alasan. Karena kita sahabat.
Nama : Bidayatul Khoiriyah
ReplyDeleteAkun twitter : @iry3424
Orang lain yang ku anggap keluarga?. Menurutku bukan sahabatku. Karena aku merasa lain jika diantara mereka. dulu memang aku merasa nyaman, namun setelah lama waktu yang kita lewati bersama. Aku merasa menjadi teman bukan teman dekat atau sahabat, mungkin kata sahabat yang kita elu-elu kan saat bertemu sudah hilang makna. Tak ada rasa nyaman,atau apapun selayaknya sahabat. Bahkan mungkin mereka lebih nyaman dengan orang lain dibanding denganku teman sejak kecil. Dan bukan berarti aku diam saja. Aku sudah mencoba berbagai cara, namun hasilnya nihil. Aku belum bisa menganggap mereka keluarga.
Dan sekarang FANDOMku lah keluargaku. Yah.. Fandom terbesar di dunia. ELF. Mungkin mereka menganggap hal ini lucu, bahkan mustahil. Tapi bagi kami itu adalah keajaiban. Kita saling berbagi rasa tanpa ada yang harus ditutupi, saling melengkapi, dan yang paling penting adalah kebersamaan tanpa membedakan bias dalam super junior. Kita satu!!
Aku menganggap mereka keluarga karena kita tak saling kenal satu sama lain, namun kita sangat-sangat akrab selayaknya keluarga. Walaupun kita hanya berkomunikasi lewat sosmed,tapi aku sangat menghargai karena tak ada satu haripun yang kita lewatkan tanpa kabar. Mungkin jika tak ada mereka,aku takkan pernah keluar dari zona amanku. Dan masih menjadi gadis introvert yang acuh tak acuh dengan keadaan sekelilingnya. keluar dari semua kebiasaan yang aneh menjadi kebiasaan "absurd bin alay". Yeah sejak aku mengenal mereka aku tak lagu malu tuk mengeluarkan uneg-unegku dan berani untuk fanwar dengan fandom lain yg ngeselinya udah tingkat dewa. Dan mati-matian ngevote oppadeul dalam ajang2 tertentu. Tak lupa pula bahu-membahu naikin viewers di youtube. Meskipin semua kegiatan itu melelahkan,menguras waktu dan sebagainya. Itu udah gak berlaku bagi kami ELF. Karena kita keluarga. oppadeul sakit, kita juga sakit. Salah satu dari kita tertindas, kita nolongin meski hanya lewat sosmed. Namun itu sangat-sangat berarti. Bukankah itu sebuah keluarga? Hal sekecil apapun jika dilakukan bersama pasti hasilnya luar biasa, saling membantu, mengingatkan dan mempedulikan.
dvnaput@gmail.com
ReplyDelete@mariadevina_
Ada, anak kembar, dua-duanya cowok. Namanya Andra dan Andre. Umurnya tiga tahun. Mereka itu tetanggaku satu perumahan tapi beda blok. Mereka "anaknya" papa mama. Jadi mereka adikku juga hehe. Kalau ditanya alesannya bingung juga sih kenapa karena awalnya emang nggak saling kenal dan nggak akrab tapi sejak mereka berdua lahir jadi deket bgt juga sama keluarganya. Papa mama kayak kakaknya dari orangtua mereka gitu. Emang sih pas kelahirannya mereka tuh banyak banget masalah, jadi papanya mereka sering ke rumah minta tolong, minta doa segala macem gitu. Terus mamanya mereka dan Andra pas masih bayi banget pernah sakit parah, tp sekarang udah sehat. Ya pokoknya Andra sama Andre itu emang udah jadi bagian dari keluargaku banget lah... Dari mau lahiran sampe sekarang dan selamanya mereka itu adik2ku yg paling kecil hehehehe
Email : humairabalfas5@gmail.com
ReplyDeleteAkun Twitter : @RaaChoco
Adakah orang 'diluar' keluarga kamu tapi bagimu dia sudah seperti keluarga sendiri? Jika ada, apa alasannya?
Sedekat-dekatnya orang luar, ga ada yang bisa menggantikan posisi keluarga. Tapi menurutku mereka adalah orang yang melengkapi keluargaku, menambahnya semakin besar.
Ada, mereka tetanggaku sebelum aku pindah rumah 10 tahun yang lalu. Orang yang sudah menjadi tetanggaku selama 16 tahun, bahkan sebelum aku lahir. Mereka pasangan suami istri yang baik, aku menganggap mereka seperti kakek dan nenekku sendiri, dan kedua orang tuaku sudah menganggap mereka juga seperti orang tua sendiri, begitu pula mereka. Saat itu aku masih memiliki kakek dan nenek dari mamah, sedangkan dari ayah aku hanya memiliki nenek buyut dan nenek samping. Mereka sering membantu dari hal-hal sepele hingga yang berat. Orang pertama yang membantu saat ada anggota keluargaku yang sakit mendadak. Mereka juga orang yang tak kenal waktu untuk membantu. Menurut cerita ibuku saat aku berusia kurang dari 2 tahun, ibuku panik karena tiba-tiba aku menghilang. Tapi sebenarnya aku dibawa ke rumah nenek dari ibuku oleh istri dari pasangan tetanggaku itu tanpa pamit sama sekali. Yang begitu aku ingat dan sulit dilupakan adalah selama ramadhan saat kami masih bertetangga, mereka selalu membangunkan kami saat sahur karena takut kami terlambat. Memanggil-manggil nama ayah dan ibuku, lalu saat berbuka, mereka selalu memberikan air es untuk kami karena kami tidak memiliki kulkas saat itu. Setiap hari bahkan tak pernah terlewat, setiap tahun selama kami bertetangga. Hal sepele tapi besar maknanya.
Karena biasanya, tetangga adalah orang pertama yang tau apa yang terjadi pada kita dan orang pertama yang menolong kita bahkan sebelum orang dalam keluarga besar lainnya tahu.
Hingga saat kami pindah, sebenarnya aku sangat sedih. Tapi meski pindah, aku dan keluargaku masih sering mengunjungi mereka, datang dan tetap menjalin tali silaturahmi. Hingga yang membuat aku terpukul adalah saat mereka meninggal 2 tahun lalu. Pertama sang istri meninggal, lalu suaminya menyusul hanya dalam jangka waktu 6 bulan. Aku kehilangan mereka sama seperti kehilangan sosok kakek dan nenekku.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteEmail: melisaaprilia24@gmail.com
ReplyDeleteAkun Twitter: @ApriliMelissa
Jawaban:
Ada, sahabat saya namanya RT. Kita suddah berteman sejak HARI PERTAMA DI TK A, dan selalu sekelas dari TK A sampai lulus SD. Meskipun sekarang pisah sekolah, kita tetep sering komunikasi dan mengunjungi rumah masing2. Alasan kenapa saya anggap dia keluarga adalah karena kita saling jadi tempat berbagi. Berbagi cerita apapun, baik rahasia maupun tidak. Sering sekali sehati meski tidak janjian, misalkan tiba-tiba menyanyikan lagu yang sama setelah sekian lama diam tanpa ada janjian atau memakai baju warna yang sama saat ketemuan padahal gak janjian. Oh ya, selain itu dulu kita juga satu jemputan dan rumahnya tetanggaan. Bayangin gimana deketnya kita. Meskipun sekelas, sejemputan dan tetanggaan kita suka telponan ketika pulang sekolah, untuk cerita ini-itu yang gak ada habisnya. Jika sakit saling menjenguk dan keluarga kita juga saling kenal dekat. Mama kita malahan suka currhat-curhatan juga. Intinya, kita tumbuh kembang bersama-sama, berkisah cerita sama-sama, berbagi rasa bersama-sama hingga naksir orang yang sama (namun gak pake ribut), jadi bagi saya dia lebih dari sekedar sahabat. Mungkin guru, kakak, adik atau apapun dia adalah keluarga saya.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteemail: dhaerani781@gmail.com
ReplyDeletetwitter: @Saimamzahra
Ada.. dia sahabatku. Orangnya super baik. Namanya teh Diana, cuma selisih satu tahun dari aku, tapi karena dia dewasa dan seniorku di tempat kerja, jadi aku memanggilnya dengan sebutan teh Diana.Meski sekarang udah terpisah, tapi kami masih saling kontek lewat bbm. Dia sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, karena sifatnya yang baik banget, santun, ramah, orang tuaku juga kenal baik dengannya.
Email : csuciarti@gmail.com
ReplyDeleteAkun twitter : @CikkoChang
Jawaban : sebenarnya hingga akhir SMA, saya merasa belum menemukan seorang 'teman' yang benar2 'teman' dalam arti sesungguhnya. Sampai akhirnya saya lulus SMA dan baru menyadarinya. Dan sekarang dengan yakin, saya menjawab, YA. ADA! Bukan lagi 'seseorang', bukan juga 'SHE' ataupun 'HE'. Tetapi 'THEY', mereka Teman-teman sekelas saya, mereka yang sering memanggil diri mereka AWSM united. Ternyata selama ini saya menutup mata dan menyepelekan kehadiran mereka, menyepelekan kebersamaan yg sekarang sudah sulit untuk ditemui. Saya menganggap remeh kebersamaan dan pengorbanan mereka, disaat salah satu dari motor kita bannya bocor dalam perjalanan kepantai, kami bergantian untuk mendorongnya, ataupun saat kami mendaki gunung untuk merayakan kelulusan, meskipun hujan, kami tetap memutuskan bergandengan tangan dan tidak akan meninggalkan satu sama lain. Dan keluarga bukan selalu tentang darah. We aren't siblings by blood, but we are siblings by heart.
email: etikapuri09@gmail.com
ReplyDeletetwitter: @etikapury
Jawaban: adaaa, frontal fighter family dan keluarga besar anggrek 34 hihii
Alasan: gak ada alasan deh kayanya.. ya udah kaya keluarga aja.. frontal fighter family itu keluarga besar ipa 1 di sma dulu, kompak bgt deh, tiap ada yg ultah nodong buat nraktir sekelas, trus sering bgt kumpul ngerjain tugas di rumah ketua kelas yg kebetulan deket sekolah mau kelompoknya si ketua mau enggak yg penting kmpul semua hahaa smpe kompak bolos pljaran seni rupa yg kita sama sekali ngga ngerti tentang gmbr perspektif dengan alasan solat duha, tp kita solat beneran ya, abis itu ke kantin hahaa masuk kelas sepuluh menit terus bel deh.. smpe sekarang kita masih sempetin ketemu walau gak semua si karena pekerjaan dan sekolah masing2 yg udah merantau ke mana2, ya momen2 lebaran gini kesempatan kita buat kumpul..
kalo keluarga anggrek 34 itu temen asrama pas kuliah, sumpah gak ada yg kenal waktu pertama pembagian asrama tp selama 3 tahun ya mereka itulah yang bikin gamau pindah dari tempat perantauan dan bikin betah 3 tahun di asrama walaupun sebenernya cuma 1th aja kita wajib asrama.. banyak lah momen yg gk bisa dilupakan, dari mulai rebutan kamar mandi, bangun kesiangan smpe solat subuh setengah tujuh berjamaah lagi hahaa trus begadang ngerjain tugas akhir dan nonton drama korea yg mgkin hampir setiap malam kita lakuin, makan sate 2 tusuk sma 1 lontong utuhan yang cara makannya dicocol bareng2, aduh banyak bgt, gak ada abisnya pokoknya.. hahaa
semoga bisa terus jalin silaturahmi ya gengs
see you on top!!
- Email : aki.no.melody@gmail.com
ReplyDelete- Akun twitter : @bety_19930114
- Sahabat itu bagaikan tangan dan mata, apabila mata menangis maka tangan akan segera mengusap air mata tersebut dan apabila tangan kesakitan maka mata akan menangis. Dia adalah orang yang membuat kita jadi diri sendiri dan siap membantu dalam situasi apapun. Aku punya satu sahabat namanya Ayus. Kita bertemu waktu awal kuliah. Kita sudah bersahabat lebih dari 4 tahun. Kita memang introvert dan bookworm/novel addict tapi, satu hal yang menyatukan kita yaitu tertawa tanpa henti dimana pun berada bahkan di saat perkuliahan berlangsung hanya karena dosen yang bersin dan menguap. Kita menertawakan hal-hal sepele sampai tanpa sadar mengeluarkan air mata. Kita selalu kemana-mana bersama, berbagi cerita, saling mendukung, dan bolos kuliah bersama. Perbedaan yang mencolok yaitu dia gendut dan berkacamata, sedangkan aku kurus dan tidak berkacamata.
- Email : whelladwinurlela@yahoo.co.id
ReplyDelete- Akun twittermu : @whella_ND
- Jawaban :
Jujur nggak ada. soalnya aku tidak terlalu percaya sama oranglain, karena saat mulai untuk menaruh kepercayaan atas dirinya aku dikhianti. dan itu sudah kucoba 3x, dan saya agak menyerah. mungkin ini disebabkan aku yang tidak bisa mnerima sikapnya, atau dia yang tidak bisa menerima ke"nyeleneh"anku.
karena aku orangnya agak tertutup ya, jadi aku pernah berfikir "untuk apa sahabat? untuk curhat? di buku bisa. untuk ngadu? sama Tuhan lebih nyaman. untuk apa nyimpan rahasia? kalo dibocorin siapa tanggungjawab". itulah mindset burukku untuk sahabat.
aku berharap dalam keajaiban memiliki orang yang dapat aku percaya(Selain keluarga). dan untuk mendapatkannya butuh reset mindset, usaha dan do'a :)).
walaupun gak ada sahabat teman kan banyak :D
Email: alfindy.agyputri@gmail.com
ReplyDeleteTwitter: @alfindyagyputri
Jawaban: Clara sahabatku yg paling kupercaya untuk curhat selain keluarga, paling pengertian dan peduli seperti saudara. Sama2 suka baca buku dan saling minjem novel lagi <3
Email : Rinahilmina0512@gmail.com
ReplyDeleteTwitter : @Hel_Rina
Jawaban : Bismillah, Antara ada dan tiada. Rasanya karena aku tidak bisa membangun sebuah hubungan, pada akhirnya aku hanya bisa stuck di tempat. Teman? Banyak. Sahabat juga banyak. Kebanyakan hanya datang dan pergi. Mereka datang ketika butuh dan pergi ketika mereka dibutuhin.
Janggal rasanya ketika kita punya tempat untuk bercerita selain keluarga kita. Buatku ya begitu. Karena, aku menganggap aneh dan memalukan jika orang lain tahu apa yang ada dibalik senyumku. Apa yang ada dibalik lirikanku. Mengerikan jika mereka yang bukan keluargamu bisa membaca dirimu dengan mudah. Terlalu banyak yang datang dan pergi membuatku malas untuk percaya pada orang lain. Dan aku sadar, aku akan selalu jadi pilihan kedua dan dipilih ketika pilihan pertama sudah tidak available lagi.
Aku menarik diri dari mereka. Dan terakhir kali aku percaya pada orang lain. Itu kira-kira beberapa bulan yang lalu. Kami saling curhat dan berbagi :). Tapi sayang, ketika aku percaya padanya. Dia sudah menemukan orang lain. Yang membuatnya menetap dan tidak ingin berpindah lagi. Dan aku rasa, lebih baik aku menarik diri dari mereka dan kembali membangun benteng pertahanan diri lagi.
Pengen deh punya orang bukan keluarga yang bisa dijadiin tempat pulang yang nyaman. Tempat pelarian ketika kita gak bisa ceritain suatu masalah kekeluarga kita. Yang masalahnya gak akan keluarga kita mengerti, but dia bakalan paham itu. Yang stay tanpa harus pergi ketika nemu yang baru. Partner in crime. Mereka merindukan kita saat kita jauh. Dan sebaliknya. Dan terakhir, mereka jadiin kita tempat bersandar dan tempat pertama yang mereka cari ketika butuh. Bukan jadi pilihan kedua, ketiga, keseratus. That is. Sakit rasanya kalo dijadiin pelarian. Hahaha.
Intinya aku gak punya orang lain yang bukan keluarga yang bisa nawarin kenyamanan keluarga buat aku.
Wish me luck. Pengen meluk Rex ama Rafael ♥ semoga aku menang. Aamiin
Email: Nathanniki14@gmail.com
ReplyDeleteTwitter: Nathanniki14
Ada. Karena apa ya -_- bingung alasannya. Intinya, Michael ini udah kaya keluarga, bahkan sering nginep di kamar gw (sampai punya kunci duplikatnya, kaya penjahat asli), makan malam bareng keluarga (ini sahabatan udah kaya pacaran, tapi gw ga homo serius) juga kadang cabut dari sekolah bareng. Bukan karena apa-apa bareng ya karena otak kita sama sarapnya kali ya. Dia tanpa di undang juga dateng aja kalau gw lagi ada masalah, kadang suka nyemangatin, kadang suka ngejek sampai parah, main PS sampai jam tiga pagi juga gw ayo aja kalau lawan dia dan terakhirnya walaupun dia udah punya pacar, persahabatan ini tetep kaya yang terdahulu.
Intinya tanpa alasan, dia lah saksi perjuangan hidup gw begitu juga sebaliknya sampai sekarang ini. (Dia juga yang menularkan virus membaca pas SMP, jadi jika dapet buku ini. Buku ini bakal gw baca bareng sama dia sebagai ucapan makasih ke dia karena udah buat gw jadi kecanduan baca, makasih buat penerbit haru sebagi sponsor dan admin blog ini yang menyediakan wadah ini. Walaupun gw tau, seperti biasa admin cewek milih peserta cewek juga -_- gpp lah biar seru. Kalau ngga ada gw ntar ga seru lagi. haha)
Email : fembi_rekrisna [at] yahoo [dot] co.id
ReplyDeleteAkun twitter : @fembi_rekrisna
Jawaban : Orang di luar keluarga saya yang saya anggap keluarga sendiri adalah pasangan suami istri yang merupakan tetangga saya saat saya masih bayi. Karena kesibukan kedua orang tua saya, tetangga saya tersebut berperan sebagai "baby sitter" bagi saya, mirip dengan Audy. Saya pun memanggil mereka dengan sebutan "ibu" dan "bapak", sedangkan saya memanggil orang tua kandung saya dengan sebutan "mama" dan "papa".
Karena mama saya sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dari pagi hingga siang hari dan tidak ada pembantu di rumah, maka saya dititipkan kepada "ibu" agar saya dijaga beliau. Sedangkan di sore hari menjelang malamnya, jika mama saya sibuk menemani belajar kakak saya yang bersekolah di SD dan papa saya masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya di kantor hingga lembur, saya sering diajak "bapak" untuk berkeliling kompleks perumahan menggunakan mobilnya. Hal-hal tersebut dilakukan mereka hampir setiap hari selama dua tahun pertama usia saya dan tinggal di sana, hingga saya merasa sangat dekat dengan mereka.
Setelah berusia dua tahun, saya tidak lagi tinggal di sana. Akan tetapi, di setiap lebaran, saya dan kedua orang tua saya selalu menyempatkan untuk bersilaturahmi dengan mereka, "orang tua asuh" saya. Senang sekali melihat mereka masih sehat dan masih tinggal di rumah tersebut bersama anak-anaknya. Semoga mereka mendapat balasan atas kebaikan mereka terhadap keluarga saya, amin.