Akhir-akhir ini, saya sering sekali mendapati quote "we still fall in love with someone we can't have". Cinta bertepuk sebelah tangan, atau cinta yang berbalas tetapi tetap tak bisa bersatu, ouch! sakit pastinya. Hehe. Tapi rupanya cerita dengan inti seperti itu memang paling banyak diangkat, entah itu nantinya dengan ending yang bahagia atau malah makin terpuruk, atau bisa jadi nggantung.
Kalau kata orang, kita nggak bisa mengatur dengan siapa kita akan jatuh cinta, cinta nggak pernah salah. Entah ya, mungkin sifat dasar yang dimiliki manusia sih ya, masochist, walau banyak yang bisa mengendalikannya, sepertinya.
Kisah di buku inipun bisa juga seperti itu, tapi menariknya dibalut dalam dunia fantasi.
Judul : Purple Eyes
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Inari
Tebal : 144 Halaman
ISBN : 978 602 74322 0 8
Sinopsis :
"Karena terkadang,
tidak merasakan itu lebih baik daripada menanggung rasa sakit yang bertubi-tubi."
Ivarr Amundsen kehilangan kemampuannya untuk merasa. Orang yang sangat dia sayangi meninggal dengan cara yang keji, dan dia memilih untuk tidak merasakan apa-apa lagi, menjadi seperti sebongkah patung lilin.
Namun, saat Ivarr bertemu Solveig, perlahan dia bisa merasakan lagi percikan-percikan emosi dalam dirinya. Solveig, gadis yang tiba-tiba masuk dalam kehidupannya. Solveig, gadis yang misterius dan aneh.
Berlatar di Trondheim, Norwegia, kisah ini akan membawamu ke suatu masa yang muram dan bersalju. Namun, cinta akan selalu ada, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun.
***
Cerita diawali dengan keseharian yang dijalani oleh seorang malaikat kematian, bersama asistennya. Ia harus menunggui sebuah ruangan yang akan dilewati oleh semua manusia yang meninggal dunia. Disitu ia hanya memerintahkan manusia untuk melewati satu pintu dan manusia itu nantinya dapat memilih untuk kembali atau terus melanjutkan perjalanannya.
Apakah hanya itu tugasnya? Tentu saja nggak, dia akan mendapatkan tugas tambahan, jika banyaknya kematian yang janggal terjadi, misal pembunuhan. Dia pernah harus menjalani tugas itu, begitu ia mengetahui siapa yang melakukan pembunuhan, ia melakukan sebuah kesalahan dengan langsung menghabisi si pembunuh. Hal itu justru menyebabkan masalah.
Dan kini, masalah baru terjadi di bumi yang menyebabkan ia menerima tugas yang kurang lebih sama. Namun, belajar dari kesalahannya ia merencanakan sesuatu untuk menyelesaikan tugasnya ini. Dan itu berkaitan langsung dengan sekretarisnya.
***
Awalnya, alur cerita ini buat saya sedikit lambat. Tapi, cukup menarik dan membuat penasaran. Mulai dengan bagaimana malaikat maut tersebut merahasiakan rencananya, jadi kita ikut penasaran apa sebenarnya rencana malaikat maut ini. Walau saya gagal menebak maksud dari malaikat maut, tapi saya bisa sedikit menebak akibat dari rencana malaikat maut ini.
Sedikit jahat memang rencana malaikat maut ini, tapi endingnya dibuat oleh penulis jadi lebih menarik. Saya suka kejutan yang dihadirkan Prisca melalui buku ini.
Tentang sekretaris itu, saya jadi mikirnya... ah masochist bukan hanya dirasakan manusia! Hahaha, ya bagaimana lagi seperti tag line yang ada dihalaman judul buku ini "Pemuda itu masih hidup, dan gadis itu sudah mati" sebenarnya cukup jelas kan kenapa mereka tidak dapat bersatu. Hehe.
Ah ya, ada satu tokoh lagi, yang menjadi penentu cerita ini. Si pemuda, yang diawal ditunjukkan seakan memiliki hati yang beku. Tak dapat menangis walau adiknya meninggal dengan tragis. Tapi ini juga yang menarik, mencari sebab mengapa dia beitu. Kadang ketika kita melihat orang yang seperti itu, maka tak pelak label aneh akan kita sematkan tanpa bahkan berusaha mencari tau kenapa orang tersebut bisa seperti itu.
Yah, buku ini mungkin tak terlalu tebal tapi kisah yang dihadirkan cukup menarik.
3,5 / 5 bintang.
jadi inget si gream reaper mbak hhahaha :D
ReplyDeletejadi penasaran ingin langsung baca buku ini ...
ReplyDeletesuka baca karya tulisan dari Prisca Primasari .....
ReplyDeleteThanks ia Review nya, ...