Sunday, June 4, 2017

An Ember In The Ashes

Tak jarang, saat kita menilai seseorang... kita kadang menilai anak siapa dia. Terlebih bila memiliki orang tua dari kalangan yang terpandang atau dihormati khalayak. Ekspektasi terhadap orang tersebut menjadi meningkat. Ya, bahkan ada pepatah "buah jatuh tak jauh dari pohonnya".

Tapi, mungkin itu jadi hal yang tak lagi mengenakkan ketika kita dalam posisi menjadi anak dimana orang berekspektasi kita akan menjadi seperti orang tua kita.

Mungkin, itu yang dirasakan olen Laila dan Elias dalam buku ini.

Judul : An Ember in the Ashes
Penulis : Sabaa Tahir
Penerjemah : Yudith Listriandri
Penerbit : Spring
Tebal : 520 Halaman
ISBN : 9786027432284
Sinopsis

Laia seorang budak. Elias seorang prajurit. Keduanya bukan orang merdeka.

Saat kakak laki-laki Laia ditahan dengan tuduhan pemberontakan, Laia harus mengambil keputusan. Dia rela menjadi mata-mata Komandan Blackcliff, kepala sekolah militer terbaik di Imperium, demi mendapatkan bantuan untuk membebaskan kakaknya. Di sana, dia bertemu dengan seorang prajurit elit bernama Elias.

Elias membenci militer dan ibunya, Sang Komandan yang brutal. Pemuda ini berencana untuk melarikan diri dari Blackcliff, menanggung risiko dicambuk sampai mati jika ketahuan. Dia hanya ingin bebas.

Elias dan Laia. Keduanya akan segera menyadari bahwa nasib mereka akan saling silang, dan keputusan-keputusan mereka akan menentukan nasib Imperium, dan bangsa mereka.
***
Diawali dengan kisah Laia, gadis keturunan bangsa Scholar yang telah lama dijajah bangsa Martial, ketika ia harus menghadapi kenyataan bahwa Pop & Nan dua orang yang mengasuhnya sejak kedua orang tuanya meninggal harus menyusul kedua orang tuanya saat prajurit bangsa Martial menyerbu rumahnya, dan kakak semata wayangnya Darin-pun tertangkap. Laia berhasil melarikan diri, dan kemudian ia mencari cara untuk dapat menyelamatkan kakaknya.

Disisi lain, ada kisah Elias, pemuda keturunan bangsa Martial yang sejak kecil telah terpilih menjadi seorang Mask, pembunuh berdarah dingin. Elias, berusaha untuk melarikan diri, mencari kebebasannya karena baginya menjadi seorang Mask yang merupakan pembunuh berdarah dingin dan suka akan kekerasan bukanlah dirinya.

Yang menarik lainnya adalah siapa sebenarnya Laia dan Elias. Laia adalah anak dari pasangan pemberontak yang sangat dikenal dengan keberaniannya. Sedangkan Elias, adalah anak Komandan Blackclift yang terkenal sangat kejam. Namun apa yang di dalam diri mereka begitu bertentangan dengan orang tua mereka.

Satu hal kesamaan Laia dan Elias adalah tekad mereka untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Laia yang ingin membebaskan kakaknya, dan Elias yang ingin meraih kebebasannya.
***
Saat awal membaca novel ini, saya langsung sayang jika harus meletakkan barang sejenak. Karena apa yang disajikan dari novel ini benar-benar memikat. Mulai dari ketegangan yang dihadirkan, rasa miris, dan ketakutan yang digambarkan, membuat semakin penasaran apa yang terjadi di bab-bab selanjutnya.

Untuk tokoh-tokohnya, mungkin diawal sedikit jengkel dengan Laia yang digambarkan begitu lemah, namun makin ke belakang makin ditunjukkan kebulatan tekad Laia membuat makin mengagumi sosoknya. Sedang Elias, ditunjukkan walau memiliki tekad untuk melarikan diri namun kemudian ia seperti tak berdaya dengan ramalan yang diberikan kepadanya. Untuk tokoh lainnya, sebenarnya saya cukup penasaran dengan tokok Keenan, berharap ada cerita tersendiri tentang tokoh ini. Hehehe.

Dari sisi romance, walau mungkin tak mengulik banyak tapi menjadikan cerita dalam novel ini terasa lengkap. Romance yang dihadirkan pun terkesan memaksakan ada, karena hubungan antar tokoh pun tak terkesan cepat maupun lambat, kita seakan diajak merasakan tumbuhnya rasa yang ada pada setiap tokoh.

Buku ini seperti paket komplit, dimana ada ketegangan yang dihadirkan, haru biru kesedihan dibeberapa bagiannya, juga romance yang membuat novel ini lebih berwarna.

4,5bintang untuk kisah Laia dan Elias, dan tak sabar menanti kisah mereka selanjutnya.

No comments:

Post a Comment