Sisi seorang Ruri, misalnya. Yang memutuskan untuk melakukan bunuh diri karena ia merasa, itulah satu-satunya jalan yang ia temukan untuk membuktikan bahwa ibu tirinya bersalah atas kematian ayahnya.
Dalam buku Scheduled Suicide Day, kita seakan diminta untuk coba mengerti apa yang terjadi dengan Ruri dan segala pemikirannya.
Judul : Scheduled Suicide Day
Penulis : Akiyoshi Rikako
Penerjemah : Andry Setiawan
Penerbit : Haru
Tebal : 280 Halaman
ISBN : 9786026383198
Sinopsis
Ruri yakin ibu tirinya telah membunuh ayahnya.
Tak sanggup hidup bersama ibu tirinya, Ruri bertekad bunuh diri untuk menyusul ayahnya.
Ruri akhirnya pergi ke desa yang terkenal sebagai tempat bunuh diri, tapi dia malah bertemu dengan hantu seorang pemuda yang menghentikan niatnya. Hantu itu berjanji akan membantu Ruri menemukan bukti yang disembunyikan oleh ibu tirinya, dengan janji dia akan membiarkan Ruri mencabut nyawanya seminggu kemudian jika bukti tersebut tidak ditemukan.
Itulah jadwal bunuh diri Ruri: satu minggu, terhitung dari hari itu.
***
Ruri, seorang gadis yang mungkin awalnya hidupnya biasa saja, namun sejak kematian ibunya dan selang beberapa tahun ayahnya memutuskan untuk menikah kembali, mungkin disinilah awal mula jungkir baliknya dunia Ruri. Belum lagi tak lama berselang Ayahnya pun meninggal.
Hal aneh sempat diyakini oleh Ruri terjadi saat ia mendapati ayahnya meninggal dunia, yang berujung pada ia menyalahkan ibu tirinya atas kematian ayahnya. Setelah memikirkan berbagai cara untuk akhirnya dapat membuktikan bahwa ibu tirinya bersalah, ia hanya menemukan jalan buntu. Hingga akhirnya, yang terpikirkan olehnya agar kasus meninggalnya ayahnya kembali terangkat dan diselidiki adalah dengan cara ia bunuh diri.
Ia telah mempersiapkan segalanya, mulai dari alasan hingga perlengkapan dan tujuan dimana ia akan melakukan bunuh diri.
Hingga hari yang telah ia tetapkan, ia pun melakukan rencananya. Mengunjungi sebuah desa, yang karena sebuah film dan beberapa kejadian menjadi desa yang terkenal sebagai tempat bunuh diri, menginap dipenginapan dan menyiapkan surat wasiat. Hingga saat ia mulai berjalan ke hutan dan melakukan aksinya, namun justru yang terjadi setelahnya diluar dugaannya. Ia justru bertemu dengan sesosok hantu, yang akhirnya justru membantunya dalam mengungkap kejahatan ibu tirinya tanpa perlu melakukan bunuh diri.
Hanya saja, Ruri dan hantu itu membuat kesepakatan, jika dalam satu minggu Ruri tak dapat menyelesaikan urusannya maka ia tetap akan melakukan bunuh diri. Jadwal yang telah mereka sepakati bersama.
***
Menarik, karena kita diajak mengikuti segala pemikiran Ruri. Mengikuti emosi yang dirasakan oleh Ruri terlebih ketika ia kehilangan kedua orang tuanya, dan harus hidup dengan orang baru yang kehadiran orang tersebut awalnya tak seratus persen ia terima. Belum lagi beberapa petunjuk yang ia temukan dan tingkah aneh ibu tirinya.
Hal yang menakjubkan adalah ketika Ruri bertemu dengan hantu, entah mengapa kok rasanya Ruri ini begitu pemberani, seakan tak ada takutnya. Awalnya saya mengira hantu ini berperan seperti apa, ternyata endingnya cukup mengejutkan buat saya. Tetap Akiyoshi sukses menipu saya lagi lewat buku ini.
Jika dibandingkan dengan buku Akiyoshi yang lain saya rasa ketegangan dalam buku ini tak sebesar buku-buku sebelumnya, terutama untuk yang Holy Mother. Rasa penasaran tetap dihadirkan bahkan sampai akhir cerita dari buku ini. Khas sekali dengan karakter cerita Akiyoshi yang lain.
Tokoh Ruri, mungkin begitu digambarkan sebagai remaja yang belum matang dan masih begitu labil. Karena keputusan yang ia buat lebih berdasarkan emosi. Sedikit beda dengan tokoh-tokoh utama dibuku Akiyoshi yang lain. Tapi yang justru menarik adalah sosok hantu yang "menemani" Ruri, seakan menjadi penyeimbang labilnya Ruri.
Keseluruhan cerita, saya suka karena walaupun mengangkat cerita anak sekolahan tetapi yang menjadi inti cerita dari buku ini adalah tentang keluarga.
3,5 ⭐️⭐️⭐️ untuk Ruri dan sosok hantu yang menemaninya.
No comments:
Post a Comment