Judul Buku : Catatan Musim
Penulis : Tyas Effendi
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 267 Halaman
ISBN : 978 979 780 471 8
Sinopsis :
Aku tak ingin menganggapnya sebagai cerita paling sia-sia. Anggap saja ini adalah lembar penutup catatan senja. Berpita manis seperti bonek berdasi yang terlukis di cangkir teh kita.
Mungkin kau hanya bunga trembesi yang datang dari masa perbungaan raya. Menyinggahi penghujanku yang menderas memenuhi janji kemaraunya. Kau hanya setitik di antara ribuan tetes, seserpih di antara hamparan es, sepucuk yang baru bersemi menemani embun dini tadi.
Mungkin kau hanya bunga trembesi yang datang dari masa perbungaan raya. Menyinggahi penghujanku yang menderas memenuhi janji kemaraunya. Kau hanya setitik di antara ribuan tetes, seserpih di antara hamparan es, sepucuk yang baru bersemi menemani embun dini tadi.
Sedang aku, terus menjadi musim yang berlari di sayap waktu; menerka isi hatimu, menantinya membuka untukku.
***
Kisah tentang seorang lelaki bernama Gema, gemar melukis tetapi sedikit mendapatkan kendala karena kakak perempuannya pobia terhadap lukisan. Hal itulah yang akhirnya membawanya pergi ke Lille, jauh dari keluarganya. Juga jauh dari seorang gadis yang sering bertemu dengannya, tetapi baru akrab dengannya.
Tya, gadis itu sering berteduh disebuah shelter bus, menunggu hujan reda. Tetapi rupanya tak hanya itu, ada yang ia nanti juga bersama saat-saat menunggu itu. Seorang lelaki yang juga berteduh disana, walau akhirnya lelaki itu menerobos hujan ketika dentang suara Gereja Katedral yang ada di seberang jalan bergema.
Gema dan Tya sering kali bersama-sama berteduh di shelter bus depan Gereja Katedral, hanya dalam bisu. Hingga suatu saat ketika mereka berada di shalter itu mereka seperti lebih cepat dari hujan, bahkan hujan pun akhirnya tak datang. Momen itu yang akhirnya membuat mereka saling sapa dan mengenal.
Bagi Tya semuanya terasa begitu cepat, banyak hal membuatnya hanya bisa tercenung. Gema yang harus kehilangan sebagian dari kaki kirinya, kemudian Gema yang harus atau lebih tepatnya memilih pergi ke Lille, melanjutkan studinya disana.
Walau pertemuan demi pertemuannya dengan Gema bisa dibilang singkat, Tya rupanya menaruh hati pada Gema. Tetapi ia belum sempat menyampaikan perasaannya juga tak tau bagaimana sebaliknya dengan perasaan Gema padanya, sampai akhirnya terlambat Gema sudah berangkat ke Lille saat Tya akan menemuinya.
Waktu berlalu, walau Tya berusaha untuk melupakan Gema tetapi sepertinya ia tak bisa. Hingga akhirnya ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke Lille juga.
Apakah dengan demikian Tya akhirnya bisa bersama dengan Gema? Ada banyak hal yang tak terduga terjadi. :)
***
Ceritanya cukup menarik, terutama profesi dari tokohnya yang mungkin sedikit jarang diangkat, yaitu pelukis dan penerjemah. Walau tak banyak disinggung tetapi ada penjelasan-penjelasan singkat tentang profesi itu, buat aku mungkin itu sedikit pengetahuan baru yang menarik.
Cerita dibuku ini bisa dibilang alurnya super cepat. Pertemuan, perpisahan, pertemuan, perpisahan dan pertemuan lagi. Mungkin kalau diringkas akan seperti itu. :p
Tetapi ada hal menarik yang disisipkan dalam setiap ceritanya. Seperti bagaimana kehidupan di Lille, menghadapi negara dengan 4 musim, bertemu dan berinteraksi dengan budaya yang begitu berbeda. Tapi dari semua itu ada satu yang begitu menarik perhatianku, yaitu sebuah klub baca yang akhirnya diikuti oleh Tya.
Beberapa hal yang buat aku kurang dari buku ini, kurang ada greget dari satu bab ke bab lainnya. Adanya beberapa kalimat semacam clue yang menurut aku nggak perlu karena membuat mengurangi kejutan saat membaca bab selanjutnya.
Kemudian kisah tentang Gema dan Tya, mungkin sebagai pembaca pengen banget ngegetok dua tokoh itu karena sebegitu kurang pekanya. Selain itu cerita mereka seakan dibuat rumit, padahal sepertinya nggak rumit-rumit banget. :))
Hal lain yang aku nggak habis pikir adalah saat Gema membiarkan begitu saja luka dikakinya sampai akhirnya harus diamputasi. Apa memang segitunya seorang seniman, ia lebih mementingkan karyanya daripada kondisinya sendiri?
Juga tentang Tya, bukankah awalnya dia begitu semangat mengirim semua lamaran untuk menerima beasiswa ke Lille demi bertemu Gema? Tetapi ketika ia sudah berada di sana, usaha untuk mencari Gema pun tak ada bahkan ketika kesempatan itu ada yang dilakukannya hanya menunggu. Argh... semuanya akhirnya jadi rumit kaaaan :p
Tapi mungkin greget yang tanpa sengaja hadir seperti itu yang akhirnya membuat pembaca (baca : aku) ingin cepat tau bagaimana endingnya, apa sesuai dengan dugaanku?? Hehe.
3 / 5 Bintang untuk perjalanan cinta Gema dan Tya. :)
Blogwalking, nih~
ReplyDeleteWa, ini semacam review yang lengkap juga, ya, karena ada sinopsis dan gambaran cerita yang akan tersaji serta Anda juga menyertakan penilaian-penilaian Anda... efeknya saya jadi bisa mendapat gambaran saya sendiri tentang gimana buku ini kalau saya baca ^^
...waduh, nyusul jauh-jauh ke luar tapi sesampai di sana malah "mentok"... hha kayaknya bakal "menggemaskan" ya... Terima kasih atas ulasannya dan salam kenal! Semangat~
Cheers,
Risa
http://khairisaprimawestri.blogspot.com
http://aprerisasi.blogspot.com
Aku lagi mau baca nih Kak Inge :D
ReplyDelete