Monday, November 3, 2014

Badut Oyen


Judul : Badut Oyen
Penulis : Marisa Jaya, Dwi Ratih Ramadhani, Rizky Noviyanti
Penerbit : Gramedia
Tebal : 224 Halaman
ISBN : 978 602 03 0349 9

Sinopsis :

Oyen, si badut kampung, ditemukan mati gantung diri di kamarnya. Tak seorang pun percaya pria sebaik Oyen bisa seputus asa itu hingga mengakhiri nyawanya sendiri.

Pihak kepolisian berusaha mengusut kasusnya dan menemukan banyak keganjilan dalam kematian pria itu. Tetapi, ketika tersangka yang dicurigai polisi ditemukan mati mengenaskan, kasus kematian Oyen kembali tak terpecahkan. Kampung mereka diteror hantu badut yang menghampiri anak-anak, bahkan mulai meminta korban.

Apa yang sebenarnya terjadi?

***
Cerita diawali dengan ditemukannya jasad Oyen dalam keadaan tergantung di kamar rumahnya. Bunuh diri, mungkin itu kesimpulan awal setelah melihat tidak adanya tanda-tanda perlawanan ataupun hilangnya harta benda. Namun sebagian besar warga kampung yang mengenal bagaimana Oyen tidak percaya jika Oyen bunuh diri, mereka menduga bahwa Oyen dibunuh.

Kemudian cerita kembali di saat Oyen masih hidup dan bagaimana kesehariannya. Penggambaran seorang Oyen yang tidak mengenal kata putus asa, begitu juga bagaimana ia selalu senang dengan anak kecil dan berusaha untuk membuat anak-anak tersebut bahagia dengan kehadirannya sebagai badut. Selain itu Oyen juga digambarkan sebagai orang yang ringan tangan, walau terkadang mungkin apa yang dilakukan orang padanya justru membuat dirinya sendiri mendapatkan masalah.

“Tolong, Ni. Kita membutuhkan sembako itu, tapi anak-anak itu juga membutuhkan aku. Dan sekarang aku butuh bantuanmu,” Oyen masih memegangi kertas berisi nomor antrean sembako itu, berharap Suparni mau menerimanya. (Hal. 39)

Segala kebaikan Oyen yang diceritakan terasa sedikit aneh ketika kemudian setelah kematiannya justru yang digambarkan adalah adanya hantu perwujudan Oyen yang justru mengganggu anak-anak kecil, terutama ketika akhirnya ada seorang anak kecil yang meninggal.

Boneka usangnya bersandar di dinding dan terduduk di lantai, mengedipkan matanya yang rusak, dan krayon merah mencoreng bibirnya membentuk senyuman badut. (Hal. 85)

Sampai dengan tengah cerita saya dibuat menebak-nebak siapa sebenarnya hantu badut Oyen. Apakah benar hantu atau hanya halusinasi anak-anak atau adakan orang yang menyamar menjadi badut Oyen yang meneror kampung. Mengapa hantu badut ini begitu kontras dengan sifat dan sikap Oyen dikeseharian selama ia masih hidup. Benarkan semua yang dilakukan dimaksudkan untuk balas dendam? Tapi pada siapa?

***
Suatu yang menarik saat menyadari bahwa buku ini ditulis oleh tiga orang, karena walau mungkin perpindahan antar bab masih agak kurang halus namun saat membacanya cerita begitu mengalir dan sama sekali tidak menggambarkan bahwa cerita ini ditulis oleh tiga orang sekaligus.

Selain itu, kisah yang begitu berbeda antara Oyen setelah meninggal dan apa yang dilakukan oleh hantu badut itu juga membuat semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Walau memang ketika membaca kisah yang berhubungan dengan hantu kadang berbenturan dengan keyakinan begitu juga saat membaca buku ini, meyakini bahwa ini adalah sebuah cerita fiktif namun juga dibeberapa bagian sempat membuat “merinding” dan menutup buku sejenak. :D

Ketika satu demi satu rahasia terungkap, walau mungkin seperti kebanyakan kasus pembunuhan, bahwa yang melakukannya adalah orang terdekat, namun kisah dibalik semua yang terjadi juga memberikan kejutan tersendiri. Semua sedikit diluar dugaan dan para penulis mampu membuat pembaca (saya) penasaran hingga bisa menyelesaikan buku ini dalam satu hari.

Saya jarang sekali membaca novel dengan nuansa horor yang khas dengan kisah-kisah hantu di Indonesia. Kalaupun  membaca kisah horor banyaknya adalah cerita-cerita pendek, jarang sekali yang dalam bentuk novel. Dan buku ini membuat saya mencari buku seperti ini lagi. Ternyata nagih! Hehe


3,5 (3 di GR) / 5 Bintang untuk senyum badut Oyen. :D

No comments:

Post a Comment