Judul : Good Memories
Penulis : Lia Indra Andiana
Penerbit : Haru
Tebal : 327 Halaman
ISBN : 978 602 7742 22 2
Sinopsis :
“Tiga bulan lagi, di waktu dan tempat yang sama, aku akan
mengevaluasi apakah kau layak diberi tambahan kupon pertemanan.”
Saat banyak orang berharap bisa kuliah di luar negeri, Maya
malah rela melakukan apapun agar bisa meninggalkan Kwanghan University dan
kembali bersama kekasihnya, Alwa, di Indonesia. Sayangnya, semua tidak semudah
itu.
Seakan hidupnya sekarang belum cukup rumit, Maya juga harus
menghadapi Luc, teman sekelasnya, seorang pria berkebangsaan Prancis yang
terang-terangan menyatakan suka padanya.
Luc bahkan tidak keberatan hanya menjadi teman Maya setelah
mendapatkan kupon Friendvitation buatan gadis itu.
Ketika kupon Friendvitation yang maya berikan kepada Luc
telah expired, akankah Maya memperpanjang masa berlaku kuponnya? Ataukah Maya
akhirnya akan kembali kepada Alva dan melupakan semua yang terjadi di Korea?
Inikah cinta? Membuatmu rela melakukan tindakan bodoh yang
tak masuk akal?
***
Menarik, itu yang saya rasakan saat membaca buku ini. Walau
mungkin cerita yang diangkat tidak begitu unik, tetapi penyajian yang berbeda
membuatnya menjadi lebih menarik. Melakukan hal-hal yang (mungkin menurut orang
lain) tidak masuk akal demi mempertahankan hubungan, hingga akhirnya tampak
seperti layaknya orang bodoh yang begitu mudah diperalat.
Setelah baca sekitar 1/3 bagian buku ini rasanya seperti
bisa menebak ending ceritanya. Hubungan Alva – Maya – Luc ini sepertinya sudah
begitu jamak. Hubungan LDR antara Alva dan Maya, membuat hubungan mereka
renggang, sedang Luc adalah orang baru yang masuk ke dalam keseharian Maya. Bisa
menebak endingnya?
Eh tapi, walau mungkin lewat review ini kamu bisa menebak
endingnya jangan terkecoh dulu karena ternyata banyak hal menarik sebelum
akhirnya ending kamu terjawab, sesuai atau tidak. :D
Soal tokoh, sebenarnya nggak ada yang benar-benar saya suka
karena menurutku semuanya mendapat porsi yang pas!
Maya, walau mungkin celatukan “ish, bego amat sih!” sempat
terlontar tapi ada hal menarik dari diri Maya. Mulai dari pekerja keras, walau
mungkin awalnya terpaksa tetapi menunjukkan bahwa dia nggak begitu saja
menyerah pada keadaan. Dia juga baik dan pastinya setia terbukti dari sikapnya
yang mungkin awalnya menjadikannya begitu tampak bodoh. Di akhir cerita pasti
kamu menemukan jawabannya.
Luc, cowok pesolek :D atau dia menyebutnya cosmopolitan?
Hehe. Tapi walaupun dia pesolek dari sikapnya justru menunjukkan bahwa dia
sangat “laki-laki”. Tentang Luc, dalam hati sempet tercetus “ish nih cowok,
nasihatin kalo Maya dibutakan cinta tapi lihat deh dia sendiri.” Ada satu
pertanyaan tentang Luc, cintanya itu apakah cinta pada pandangan pertama atau tresno jalaran soko kulino?
Sedang tokoh-tokoh yang lain juga begitu pas, seperti Yujin,
Alva maupun Rani, adik Maya.
Yujin dan Alva walau mungkin dihadirkan sebagai tokoh
antagonis tetapi tidak berlebih, mereka porsinya pas banget hanya sebagai
“penghalang” sementara. Tak ada yang berlebih, dan di buku ini ditunjukkan
bahwa semuanya memiliki sifat baik, begitupun Alva dan Yujin. Ini yang saya
suka, dari merekapun tetap ada pelajaran yang bisa diambil.
Hal lain yang saya suka adalah mengukir kenang indah, dan
Maya melakukannya dengan menggunakan kamera polaroidnya. Suka dan jadi pengen
niru. #eh :D
Suka dengan endingnya, walau mungkin tebakan saya (begitu
juga kamu) benar tetapi tetep hal yang terjadi menjelang akhir cerita
benar-benar nggak disangka. Manisssss. :)
4 / 5 Bintang untuk kegigihan Maya dan Luc.
No comments:
Post a Comment