Friday, December 27, 2013

Inginku



Judul : INGINKU
Penulis : Sienta Sasika Novel
Penerbit : Bukune
Tebal : 251 Halaman
Sinopsis :

Rindu ini masih saja untukmu meski waktu telah lama berlalu. Kisah kita seakan jadi mantra dalam hari-hari yang terkadang terasa memilukan hati.

Dan jauh di sudut hati, aku masih menanti, tak bisa kumungkiri.

Namun, harapan hanya bagai tetes air di atas embun, selalu terjatuh. Jangan bawakan lagi aku cinta, tak ada sisa harapan yang bisa kutawarkan kepadamu, bahkan hingga ujung hari terakhirku…

Dan kau, mengapa masih saja berdiri di sisiku? Benarkah esok masih ada sinar matahari yang mampu menghangatkan cinta kita.

***

Lea, kembali ke kota tempat ia dilahirkan dan dibesarkan, Bandung. Kota yang sudah selama sepuluh tahun ia tinggalkan, kota yang menyimpan banyak kenangan tentangnya. Ia kembali untuk menata hidupnya mulai dari awal. Tetapi, satu hal yang tak ia duga apalagi rencanakan, bertemu dengan mantan kekasihnya. Cinta pertamanya, Radhit.

Sepuluh tahun yang lalu, Lea meninggalkan Radhit begitu saja. Ia menghilang bagai di telan bumi, dan kini saat mereka bertemu kembali rasa-rasa yang dulu terpaksa mereka kubur seakan menemukan jalannya kembali. Tetapi apakah semua semudah itu?

Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar, dan banyak hal terjadi pada masing-masing mereka.

Tema tentang kanker serviks yang diangkat oleh penulis merupakan point tambahan untuk novel ini. Memberikan pengetahuan baru untuk pembacanya (aku). Walau memang tidak medetail tetapi cukup memberi sedikit pencerahan tentang penyakit ini.

Namun, bagaimana penulis menceritakan kisah Lea dan Radhit cukup membuat sedikit bosan. Karena menurutku, ceritanya begitu terkesan seperti sinetron, konflik yang kurang dalam, juga solusi yang rasanya hambar. Mudah ditebak.

Di halaman awal dituliskan, “Novel ini saya persembahkan untuk perempuan-perempuan Indonesia. Kanker serviks bisa datang kepada siapa saja tanpa diketahui. Mari kita cegah kanker serviks dan menyelamatkan perempuan Indonesia dari ancaman pembunuh nomer satu ini.”

Namun cerita yang disuguhkan kurang begitu mengena.

Mulai dari sikap Lea saat tau dirinya terserang kanker serviks, memang wajar jika digambarkan begitu terpukulnya Lea, tetapi bukankah dia sendiri yang mengajukan diri untuk diperiksa. Harusnya dia sudah bersiap diri sejak awal. Seperti tidak ada ketabahan dalam diri Lea.

Kemudian bagaimana dengan keluarga? Dalam cerita ini, hanya digambarkan hubungan Lea dan Radhit, dimana Radhit seolah hanya satu-satunya orang yang ada bagi Lea. Sedangkan sebelumnya bukankah digambarkan ada keluarga yang walau tak sedarah begitu dekat dengan Lea, bahkan menganggap Lea anak mereka sendiri.

Selain dari segi cerita yang kurang ngena, dalam novel ini begitu bertebaran typo. Aku sebenarnya kurang begitu mempermasalahkan typo, tapi jika begitu banyak typo jadi agak terganggu juga. >.<

2/5 Bintang untuk pengetahuan baru tentang kanker serviks.

No comments:

Post a Comment