Friday, March 29, 2013

Kelas Dua di Malory Towers


Judul : Kelas Dua di Malory Towers
Penulis : Enic Blyton
Alih Bahasa : Djokolelono
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 240 Halaman
ISBN : 978 979 22 4728 2
Sinopsis

Darrell, Sally, Gwendoline, dan Mary-Lou kini telah naik ke kelas dua. Di samping belajar, bermain, dan ulangan bersama, mereka juga sering bertengkar dan bercanda di sekolah berasrama Malory Towers. Banyak kisah lucu dan pribadi menarik: Mam'zelle Dupont yang selalu mencoba bertindak tegas, Alicia tampil dengan muslihat kapur ajaibnya, Gwendoline dan Daphne terlibat keruwetan. Secara keseluruhan, semester ini sungguh penuh gairah kegembiraan!
***
 

Darrel sudah memasuki kelas dua. Banyak hal terjadi selama kelas satu, dan juga kini ia telah bersahabat ‘tetap’ dengan Sally, yang di kelas dua ini terpilih menjadi ketua kelas. Alicia yang merasa dirinya lebih pantas menjadi ketua kelas, iri dan akhirnya bersikap sinis terhadap Sally.

Di kelas dua ini ada beberapa anak baru, yaitu : Daphne, Ellen dan Belinda. Daphne mungkin sifatnya secara garis besar mirip dengan Gwendoline, merasa paling baik, sombong (karena kaya) dan baru pertama kali bersekolah di sekolah umum/asrama, karena sebelumnya mereka hanya belajar dirumah dengan memanggil guru. Gwendoline berusaha menjadi sahabat Daphne tetapi Daphne sendiri kurang menyukai Gwendoline dan karena serangkaian peristiwa akhirnya Daphne justru bersahabat dengan Marry Lou.

Ellen yang merupakan anak pindahan dari sekolah lain, dan berhasil masuk ke Malory Towers karena mendapatkan beasiswa juga memiliki masalah tersendiri. Ketakutannya yang berlebihan akhirnya membuatnya bersikap aneh dan menjadi kurang disukai oleh teman-temannya. Walau ada beberapa yang acuh dan juga beberapa yang coba memahaminya.

Berbeda dengan Dephne dan Ellen, Belinda adalah anak baru yang bisa dibilang periang dan hampir semua anak menyukainya. Ia seperti Irene, bedanya jika Irene berbakat dalam hal musik, Belinda berbakat dalam hal menggambar. Kesamaan mereka adalah mereka sama-sama pelupa yang sangat parah, tapi karena sifat itulah kadang-kadang menjadi hiburan tersendiri dalam cerita ini.

Yang lucu sekaligus miris dalam buku dua ini adalah pertengkaran antara kedua guru bahasa Prancis yang mengajar kelas Darrel. Bagaimana bisa dua orang guru yang menghadapi anak kelas dua bisa bertengkar, menunjukkan bahwa keduanya benar-benar tidak dapat mengendalikan diri, bahkan sampai membuat bingung muridnya. Ckckckck… entah karena murid-murid Malory Towers terkadang terlihat begitu dewasa atau bagaimana sehingga untuk masalah antar gurupun mereka sepertinya dapat memahami. :)

Dari buku satu sudah sedikit merasa walau Darrel menjadi tokoh utama, tetapi sosoknya seperti kalah dengan tokoh-tokoh lain yang digambarkan lebih menonjol. Tetapi walau begitu cara bercerita yang mengalir membuat buku ini enak dinikmati dan mudah dicerna, seakan kita ikut merasakan apa yang terjadi di Malory Towers.

Buku dua ini seperti halnya buku satu, banyak hal-hal yang diselipkan sebagai pembelajaran. Walau memang untuk beberapa hal aku merasa sepertinya terkadang mereka begitu dewasa, karena awalnya aku menggambarkan mereka ini ya seperti anak kelas 2 SMP atau kalau sekarang kelas 8. :)

3/5 Bintang untuk keberanian Marry Lou. :)

u/ FYE (Read A Long) : Buku ini menurut aku cocoknya dibaca oleh anak yang sudah duduk di SMP, karena mereka mulai bisa mencerna suatu cerita dengan baik sehingga pastinya mampu mengambil hikmah/pelajaran yang terkadang digambarkan secara tersirat dalam buku ini. :)

No comments:

Post a Comment