Judul : Terpesona
Penulis : aL Dhimas & Sylvia L’Namira
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 268 Halaman
ISBN : 978 979 780 602 6
Sinopsis :
Belum pernah aku jatuh cinta seperti ini. Begitu
menginginkan seseorang di luar kendali hatiku. Tapi, hati kita telah lebih
dahulu merintis jalan. Saling bicara dengan bahasa yang hanya mereka yang
mengerti.
Jadi, bukan kebetulan kau dan aku ada di sini. Saling tatap
dan saling balas tersenyum malu-malu. Ini takdir, kita sama-sama tahu itu. Kau
adalah jodohku – bahkan sebelum aku mengenalmu.
***
aL Dhimas berkisah tentang Regan yang pindah dari Jakarta ke
Medan. Ia ingin mendirikan bookstore di Medan, dengan meninggalkan pekerjaannya
sebagai flight attendant, namun itu
hanya alasan pendamping dari alasan sebenarnya. Ia ingin melupakan kekasihnya
Bian. Ia mendapatkan banyak bantuan dari Fandi, tunangan Dita sepupu Regan.
Selain dari Fandi, juga ada bantuan dari Bagas teman Fandi. Yang akhirnya
membawa kejutan di cerita ini.
Sedang Sylvia bercerita tentang Ganesh dan Indi. Awalnya
mereka seperti orang asing satu bagi yang lain. Hingga Richard tunangan Indi
meminta Ganesh yang seorang pelukis jalanan melukis wajah Indi. Di sinilah
cerita dimulai, karena ternyata Gadesh sering bermimpi tentang Indi, seseorang
yang selama ini ia kira hanya ada di dalam mimpi saja, tidaklah nyata. Hal
mengejutkan selanjutnya adalah ketika terungkap, ternyata Indipun bermimpi hal
yang sama. Tapi ketika Indi hendak menemui Ganesh langkahnya terhambat oleh
satu dan lain hal.
~.~
Cerita pertama dan kedua saling lepas, hanya memiliki benang
merah mimpi dan harapan, walau masih bingung sih aku jika dikaitkan dengan
judulnya. :D
Cerita pertama, bisa dibilang memberi kejutan-kejutan.
Pertama tentang tema yang diangkat, walau nggak menabukan diri untuk membaca
tema tersebut tapi tetap awalnya sebelum semua terungkap sempat melakukan penyangkalan.
Ketebak sih dari penggambaran rasa dari tokohnya, dan penyangkalanku selalu
memastikan gender dari pemilik nama padahal jelas-jelas dari nama sudah bisa
dipastikan apa gendernya.
Ada satu hal yang sebenernya biasa, tapi jadi kurang sedep
bagiku adalah pemanggilan Regan. Gan… gan… gan… hihihi.
Kemudian tokoh Hiro, terakhir baca tokoh anak kecil dengan
pemikiran dewasa ada di novel Pintu Harmonika, tetapi untuk di buku ini, buatku
terlalu berlebihan. Jika boleh membandingkan dengan tokoh David di pintu
Harmonika, David masih ditunjukkan sisi anak-anaknya dengan kuat, sedang untuk
Hiro sisi anak-anaknya hanya ditunjukkan dari sikap ngambek dan ngambek -_-“ Terlebih
saat bagaimana akhirnya Hiro bertemu dengan Bian dan kemudian dia memberikan
panggilan khusus untuk Bian, cuman bisa bengong.
Kemudian untuk cerita kedua, bener-bener seperti dongeng.
Dimana kedua tokoh utama terhubungnya melalui mimpi. Walau entah itu mungkin
terjadi atau nggak, tapi tetap berasa baca cerita dongeng. Kemudian tentang
kesetiaan yang diusung rasanya juga terlalu berlebihan.
Cerita kedua ini sedikit terasa datar, karena dari awal
sudah seperti ditunjukkan bahwa hubungan Indi dengan tunangannya yang
sebenarnya tidak terlalu baik walau akhirnya pertunangan mereka tetap
dijalankan.
Satu kalimat di cover buku yang aku suka :
Kalau kau percaya
takdir, amin-kan dalam hati, kita bertemu lagi suatu hari.
3/5 Bintang.
No comments:
Post a Comment