Saturday, February 1, 2014

Terpesona


Judul : Terpesona
Penulis : aL Dhimas & Sylvia L’Namira
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 268 Halaman
ISBN : 978 979 780 602 6

Sinopsis :

Belum pernah aku jatuh cinta seperti ini. Begitu menginginkan seseorang di luar kendali hatiku. Tapi, hati kita telah lebih dahulu merintis jalan. Saling bicara dengan bahasa yang hanya mereka yang mengerti.

Jadi, bukan kebetulan kau dan aku ada di sini. Saling tatap dan saling balas tersenyum malu-malu. Ini takdir, kita sama-sama tahu itu. Kau adalah jodohku – bahkan sebelum aku mengenalmu.

***

aL Dhimas berkisah tentang Regan yang pindah dari Jakarta ke Medan. Ia ingin mendirikan bookstore di Medan, dengan meninggalkan pekerjaannya sebagai flight attendant, namun itu hanya alasan pendamping dari alasan sebenarnya. Ia ingin melupakan kekasihnya Bian. Ia mendapatkan banyak bantuan dari Fandi, tunangan Dita sepupu Regan. Selain dari Fandi, juga ada bantuan dari Bagas teman Fandi. Yang akhirnya membawa kejutan di cerita ini.

Sedang Sylvia bercerita tentang Ganesh dan Indi. Awalnya mereka seperti orang asing satu bagi yang lain. Hingga Richard tunangan Indi meminta Ganesh yang seorang pelukis jalanan melukis wajah Indi. Di sinilah cerita dimulai, karena ternyata Gadesh sering bermimpi tentang Indi, seseorang yang selama ini ia kira hanya ada di dalam mimpi saja, tidaklah nyata. Hal mengejutkan selanjutnya adalah ketika terungkap, ternyata Indipun bermimpi hal yang sama. Tapi ketika Indi hendak menemui Ganesh langkahnya terhambat oleh satu dan lain hal.

~.~

Cerita pertama dan kedua saling lepas, hanya memiliki benang merah mimpi dan harapan, walau masih bingung sih aku jika dikaitkan dengan judulnya. :D

Cerita pertama, bisa dibilang memberi kejutan-kejutan. Pertama tentang tema yang diangkat, walau nggak menabukan diri untuk membaca tema tersebut tapi tetap awalnya sebelum semua terungkap sempat melakukan penyangkalan. Ketebak sih dari penggambaran rasa dari tokohnya, dan penyangkalanku selalu memastikan gender dari pemilik nama padahal jelas-jelas dari nama sudah bisa dipastikan apa gendernya.

Ada satu hal yang sebenernya biasa, tapi jadi kurang sedep bagiku adalah pemanggilan Regan. Gan… gan… gan… hihihi.

Kemudian tokoh Hiro, terakhir baca tokoh anak kecil dengan pemikiran dewasa ada di novel Pintu Harmonika, tetapi untuk di buku ini, buatku terlalu berlebihan. Jika boleh membandingkan dengan tokoh David di pintu Harmonika, David masih ditunjukkan sisi anak-anaknya dengan kuat, sedang untuk Hiro sisi anak-anaknya hanya ditunjukkan dari sikap ngambek dan ngambek -_-“ Terlebih saat bagaimana akhirnya Hiro bertemu dengan Bian dan kemudian dia memberikan panggilan khusus untuk Bian, cuman bisa bengong.

Kemudian untuk cerita kedua, bener-bener seperti dongeng. Dimana kedua tokoh utama terhubungnya melalui mimpi. Walau entah itu mungkin terjadi atau nggak, tapi tetap berasa baca cerita dongeng. Kemudian tentang kesetiaan yang diusung rasanya juga terlalu berlebihan.

Cerita kedua ini sedikit terasa datar, karena dari awal sudah seperti ditunjukkan bahwa hubungan Indi dengan tunangannya yang sebenarnya tidak terlalu baik walau akhirnya pertunangan mereka tetap dijalankan.

Satu kalimat di cover buku yang aku suka :

Kalau kau percaya takdir, amin-kan dalam hati, kita bertemu lagi suatu hari.

3/5 Bintang.

No comments:

Post a Comment